“Inovasi mesin bukan hanya soal produksi, tapi soal masa depan ekonomi daerah. Kita ingin membangun sistem yang kolaboratif dan berkelanjutan, agar produk lokal seperti rendang nabati dan olahan jamur bisa bersaing di pasar global,” ucap Endre.
Ia juga menekankan pentingnya integrasi teknologi digital dalam proses produksi sebab penerapan sistem pemantauan real-time akan membantu UMKM menjaga kualitas dan konsistensi produk.
“Dengan digitalisasi, semua tahapan bisa dipantau. Ini akan mencegah kontaminasi, mempercepat waktu produksi, dan memastikan kualitas ekspor yang konsisten,” ujarnya.
Tak hanya itu, Endre mengatakan inovasi pangan seperti jamur, tempe, dan kedelai menjadi masa depan industri kuliner Minang yang akan sejalan dengan tren global menuju pangan nabati dan kesadaran lingkungan.
“Kita harus mulai beralih pada pangan yang ramah lingkungan. Budidaya nabati bisa mengurangi penggunaan pupuk hingga 50 persen dalam lima tahun. Ini bukan sekadar inovasi pangan, tapi bagian dari gerakan ekonomi hijau,” tuturnya.
Selain inovasi pangan, juga dibahas potensi ekowisata berbasis swadaya yang dapat memperkuat sektor pariwisata daerah. Endre menyebut, kontribusi pariwisata terhadap pendapatan daerah Sumbar telah mencapai 25 persen, dan ditargetkan naik menjadi 40 persen dalam lima tahun ke depan.














