Endang Kusmana, Direktur Politeknik Negeri Ketapang periode 2018-2022, mengakui digitalisasi kampus menjadi kunci, tapi juga tantangan tersendiri. “Kampus di daerah harus kreatif menggunakan teknologi terbuka. Digitalisasi bukan semata alat, tapi budaya baru dalam tata kelola akademik,” ujarnya.
Endang menekankan bahwa integrasi sistem seperti SEVIMA Platform atau PDDIKTI Feeder harus dimanfaatkan bukan hanya untuk pelaporan, tapi juga untuk mendukung proses pembelajaran berbasis hasil.
Sinergi antar Stakeholder
Poin lain yang akan didiskusikan, sebagaimana disebutkan Kepala LLDIKTI Wilayah XV, Prof. Dr. Adrianus Amheka, M.Eng., adalah transformasi kurikulum yang menekankansinergi lintas kampus dan lembaga. Ia menambahkan, lembaga yang dipimpinnya aktif mendorong perguruan tinggi di wilayah Indonesia timur untuk melakukan benchmarking dan capacity building dalam penerapan kurikulum hasil belajar.
“OBE bukan hanya pekerjaan satu program studi. Ini proyek institusional yang memerlukan kolaborasi dosen, pimpinan, dan industri,” ungkapnya.
Menurut Adrianus, pendekatan OBE memungkinkan kampus menyiapkan lulusan yang tidak hanya kompeten, tapi juga adaptif terhadap perubahan industri. “Kita tidak lagi bicara berapa lama mahasiswa kuliah, tetapi apa yang benar-benar mereka kuasai setelah lulus,” lanjut Prof Adriaus
Sementara itu, Dr. Ida Bagus Putu Puja, M.Kes., membawa perspektif menarik dari dunia pariwisata. Sebagai Direktur Politeknik Pariwisata Bali, ia telah mengembangkan kurikulum berbasis industri dengan melibatkan mitra global. Pendekatan ini terbukti efektif meningkatkan relevansi lulusan pariwisata Indonesia di kancah internasional. “OBE tidak bisa dilepaskan dari kemitraan. Kami bekerja sama dengan industri agar mahasiswa belajar sesuai standar global dan bisa langsung terserap kerja,” ujarnya.














