“Tidak ada yang instan di dunia ini, semuanya melalui proses dan proses tersebut kita lakukan hari ini. Bahkan penulis sekaliber JK Rowling saja, mesti jatuh bangun untuk menerbitkan novel pertamanya, Harry Potter,” ucapnya.
Dilanjutkannya bahwa Pondok Pesantren Kauman Muhammadiyah Padang Panjang sangat konsisten dalam wujud menggerakkan gerakan literasi bagi santrinya. Bagi dia, ini adalah role mode bagi perkembangan jiwa santri. Dengan menulislah seseorang itu mampu memahami hakikat dirinya maupun orang lain.
“Saya bangga dengan program pondok pesantren ini. Tidak banyak sekolah di Sumatra Barat ini begitu konsisten dengan gerakan literasinya. Menulis akan menggiring santri untuk lebih mengenali diri sendiri ataupun diri orang lain. Dengan karyalah kita bisa menunjukkan siapa kita,” tuturnya.
Pembina Sanggar Menulis Santri, Januar Efendi mengatakan bahwa target dari kegiatan ini adalah ada beberapa karya yang nantinya layak untuk diterbitkan, baik tunggal maupun berbentuk antologi. Baginya langkah ini sebagai bentuk proses pendewasaan diri santrinya.
“Target kita setelah kegiatan ini akan lahir beberapa karya santri kita, baik itu karya tunggal maupun karya bersama. Inilah cara kita dalam mengajarkan kepada mereka lebih dewasa menyikapi berbagi masalah kehidupannya. Dengan menulis, mereka akan mampu membangun cara berfikir yang baik dan terstruktur,” tuturnya.
Mengangkat tema “Kembangkan Imaji Sambil Ngopi”, kegiatan ini diisi dengan beberapa materi pelatihan menulis. Di antaranya teknik menulis fiksi sederhana, cara merebut ide dan gagasan, teknik menulis dengan kaedah ketatabahasan yang benar, serta trik dan tips tulisan tembus media cetak dan online. (*)