PADANG, HARIANHALUAN.ID – Kesehatan reproduksi bagi perempuan begitu penting untuk dijaga dengan memperhatikan personal hygiene-nya. Personal hygiene sendiri merupakan tindakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan individu demi mencapai kesejahteraan fisik maupun psikis.
Sebaliknya, apabila personal hygiene terhadap kesehatan reproduksinya buruk, ini akan dapat menyebabkan berbagai keluhan pada kesehatan reproduksinya, seperti mengalami keputihan yang dapat membahayakan (patologis), infeksi saluran kemih, dan infeksi pada daerah reproduksi perempuan seperti vulva, vagina, maupun serviks.
Menjaga kebersihan sangatlah penting untuk diperhatikan oleh perempuan, terutama saat menstruasi. Kenapa? Karena saat menstruasi, ada banyak pintu masuk bakteri yang akan menjadi pemicu infeksi dan menyebabkan banyak keluhan seperti yang disebutkan sebelumnya.
Hygiene saat menstruasi merupakan komponen personal hygiene (kebersihan diri perorangan) yang memegang peranan penting dalam status perilaku kesehatan seseorang, termasuk menghindari adanya gangguan pada fungsi alat reproduksi.
Tentu upaya pencegahan utama yang bisa dilakukan yaitu dengan menjaga personal hygiene daerah vagina itu sebaik mungkin. Upaya promosi dan preventif tentang infeksi saluran reproduksi dan penyakit menular seksual hanya sebagian dilakukan oleh tenaga kesehatan. Artinya, perempuan butuh narasi atau semacam edukasi akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi bagi perempuan.
Menyasar lebih spesifik ke ranah perempuan, bagaimana dengan kesehatan reproduksi bagi narapidana perempuan? Secara kasat mata, narapidana perempuan tentu akan terbatas oleh ruang dan waktu dibanding dengan perempuan lain. Perempuan tetap mempunyai kebutuhan yang sama akan personal hygiene-nya terhadap kesehatan reproduksinya, terumata dalam hal menstruasi.
Namun timbul pertanyaan mendasar, apakah narapidana perempuan akan bisa memenuhi personal hygiene dengan baik? Mengingat narapidana perempuan itu sendiri memiliki keterbatasan karena berada di lapas.
Tentu dalam hal pemenuhan tersebut, narapidana perempuan agaknya memiliki kesulitn akan personal hygiene-nya. Di lapas binaan narapidana perempuan, tentu kebutuhan personal hygiene saat menstruasi tidak tersedia untuk semua wanita usia subur (WUS), melainkan hanya dalam jumlah terbatas.
Untuk kebutuhan rutin bulanan, mereka harus membeli dari luar dengan dibawakan oleh keluarga, atau menitip membelikan kepada sipir penjara. Tidak jarang ketika menstruasi, warga binaan mengalami kesulitan untuk mengakses kebutuhan hygiene-nya, entah karena kiriman dari keluarga belum datang, tidak bisa membeli karena tidak pegang uang, atau keterbatasan lainnya. Artinya dalam personal hygiene, narapidana perempuan tidak akan mendapatkan porsi yang sama dengan perempuan lain. Keterbatasan-keterbatasan itulah yang menjadi kekhawatiran bagi narapidana perempuan akan kesehatan reproduksinya. Sedangkan untuk upaya preventif, narapidana perempuan kurang memperhatikan hal demikian di lapas.
Tim Pengabdian Dosen dan Mahasiswa Hadir untuk Warga Binaan Permasyarakatan Kelas IIB Padang
Menjawab keterbatasan itu, tim pengabdian masyarakat dosen dan mahasiswa dari Universitas Mercubaktijaya dan Universitas Dharma Andalas menjangkau masalah personal hygiene itu dengan memberikan edukasi kepada narapidana perempuan. Melalui program Pelatihan Kemandirian Berkarya “Personal Hygiene Menstrual Kit”, dengan basis pengabdian kepada masyarakat, mereka memberikan perhatian akan pentingnya kesehatan reproduksi kepada warga binaan Lapas Perempuan Kelas IIB Padang.
Lapas Perempuan Kelas IIB Padang merupakan Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan di bawah Kantor Wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia RI yang terletak di Jalan Anak Air, Kelurahan Batipuh Panjang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar). Lapas ini bertugas memberikan pembinaan kepada penghuni sebagai tahanan ataupun narapidana khusus perempuan.
Lapas Perempuan Kelas IIB Padang mempunyai fasilitas umum yang cukup memadai, dengan jumlah narapidana yang dibina lebih dari 200 orang. WUS yang terdata di lapas ini sejumlah 57 orang dengan tindak pidana beragam dan putusan pidana beragam pula.
Dengan itu, Pelatihan Kemandirian Berkarya bertajuk “Personal Hygiene Menstrual Kit” yang telah dimulai pada 8 Agustus 2024 lalu, telah melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakatnya dengan memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi, yaitu kanker serviks dan deteksi dini IVA test, serta skrining HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan pencegahannya.
Kepala Lapas Perempuan Kelas IIB Padang, Endang Sri Wati, A.Md.I.P, S.H, M.Si, dalam sambutannya pada kegiatan tersebut menggarisbawahi pentingnya edukasi seperti ini diberikan pada warga binaan secara rutin. Sebab, pada kenyataannya memang jarang edukasi atau pelatihan tentang kesehatan reproduksi didapatkan oleh warga binaan. Pihaknya juga sangat mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh tim pengabdi dan berharap akan ada kegiatan lain yang bermanfaat bagi warga binaan untuk meningkatkan taraf kesehatan warga binaan terutama kesehatan reproduksi perempuan.
Selain memberikan pendidikan kesehatan kepada 50 orang warga binaan, tim pengabdi yang diketuai oleh Dian Furwasyih, S.Keb, Bd, MSc (Dosen Prodi Kebidanan Program Sarjana dan Pendidikan Profesi Bidan, Fakultas Kesehatan dan Sains, Universitas Mercubaktijaya) juga melakukan pemeriksaan atau deteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan bekerja sama dengan klinik lapas dan petugas lapas yang merupakan bidan dan perawat.
“Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini merupakan perwujudan dari hadirnya perguruan tinggi sebagai salah satu media pemberi solusi untuk permasalahan yang muncul di masyarakat. Dengan fenomena yang ada di lapas perempuan tentang kesehatan reproduksi, maka saya dan tim hari ini memulai rangkaian kegiatan pelatihan bagi warga binaan Lapas Perempuan Kelas IIB Padang ini, dan selama lebih kurang 8 minggu ke depan akan bersama–sama dengan warga binaan,” kata Dian.
Dan pada awal bulan September nanti, kegiatan pelatihan akan dilanjutkan dengan pelatihan keterampilan membuat pembalut kain yang dapat dipakai ulang, dengan menghadirkan fasilitator pelatih keterampilan jahit berpengalaman yang memberikan pelatihan. Pada kegiatan ini diharapkan akan dapat memproduksi sekitar 100 lembar pembalut kain yang memenuhi standar untuk digunakan saat menstruasi. Pembalut ini kemudian akan dipasarkan dan dapat juga dipakai sendiri oleh warga binaan untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene saat menstruasi di lapas. (*)