UIN Bukittinggi Tambahkan Kurikulum Berbasis Kearifan Lokal

 Wakil Rektor I UIN SMDD Bukittinggi Dr. Afrinaldi, S.Sos.I, M. A

BUKITTINGGI, HARIANHALUAN.ID – Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek (UIN SMDD) Bukittinggi bakal mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam kurikulum perkuliahan. Hal tersebut dilakukan untuk mensenyawakan kurikulum perguruan tinggi dengan program-program pemerintah daerah (pemda). Sehingga kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) Pemda mampu pemerintah dipenuhi oleh UIN Bukittinggi.

“Sesuai dengan visi Rektor Prof. Dr. Silfia Hanani, M.Si, saat ini sedang dirumuskan formula-formula untuk penambahan dan pengintegrasian kearifan lokal ke dalam kurikulum. Selanjutnya juga akan dilakukan audiensi dengan pemerintah daerah terkait konsep kearifan lokal masing-masingnya,” ungkap Wakil Rektor I UIN Bukittinggi Dr. Afrinaldi, S.Sos.I, M. A diruang kerjanya, Senin(23/9).

Usai audiensi dengan pemda dan ditemukan formula yang tepat lanjut Afrinaldi, maka konsep kearifan lokal ini akan dimasukkan ke dalam kurikulum berupa mata kuliah pilihan di fakultas yang cocok dan di program studi yang tepat.

“Contohnya, Kota Padang Panjang dengan konsep Kota Serambi Mekah, Kabupaten Agam dengan konsep Agam Madani dan Kota Bukittinggi dengan Kota Wisata. Semua konsep kearifan lokal ini akan diterjemahkan ke dalam kurikulum, sehingga nantinya lulusan UIN Bukittinggi bisa terserap maksimal oleh pemerintah daerah,” jelasnya.

Selain itu tambah Afrinaldi, konsentrasi Rektor UIN Bukittinggi terhadap kearifan lokal ini diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang dapat memberikan impact lebih kepada pemerintah daerah di Sumatera Barat. UIN Bukittinggi akan menyediakan dan menghasilkan SDN sesuai kebutuhan masing-masing pemda.

“Untuk mewujudkan ini, semua tentu perlu waktu, namun hal ini akan segera direalisasikan. Tim akademik terlebih dahulu akan mengkaji kurikulum yang telah ada, termasuk meminta pandangan para pakar dan ahli. Kemudian baru dilakukan audiensi dengan pemda-pemda sebelum penambahan dan pengintegrasian kearifan lokal ke dalam kurikulum,” terangnya.(*).

 

Exit mobile version