Dede Pramayoza, Ketua Prodi Seni Teater ISI Padang Panjang, sekaligus ketua pelaksana dari PAT ke-7, menyebutkan seminar ini juga bertujuan untuk mewacanakan kembali tentang pentingnya dukungan yang solid untuk terus menghidupkan ruang apresiasi.
“Karenanya, PAT penting untuk menjadi ruang apresiasi bagi para pelaku teater baik dari peneliti maupun praktisi. Pada ruang inilah gagasan terkait perkembangan soal ekosistem teater di Indonesia bisa dibicarakan, diperdebatkan maupun direkonstruksi ulang,” pungkas Dede.
PAT ke-7 dimulai dengan arak-arakan para civitas akademika Prodi Seni Teater dari gedung Fakultas Seni Pertunjukan ISI Padang Panjang menuju gedung Prodi Seni Teater. Malamnya ada pertunjukan dari HMJ Seni Teater ISI Padangpanjang yang berjudul “Pagi Bening”. “Pagi bening” merupakan karya dari Serafin dan Joaquin Alvares Quintero yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Sapardi Djoko Darmono.
Kemudian ada 2 penampilan dari Produksi KejarTayang dari Kuala Lumpur, Malaysia. Aloeng Silalahi membawakan Repertoar Hujan #1: Kelip-Kelip dan Si Bijeh Mata. Karya realis ini bercerita tentang perjalanan suka duka Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia, di mana ia lari dari Kabupaten Batubara dari kejaran bandar judi yang menagih hutangnya. Pada penampilannya, ia menggunakan berbagai bahasa Melayu dengan ragam dialek untuk menunjukkan keberagaman dalam kesusasteraan Melayu.
Saiful Waizen membawa karya yang berjudul “Hikayat Ganja Mara”. Naskah ini ditulisnya ketika kuliah Lakonan dan Pengarahan Teater Tradisional di Akademi Seni Budaya dan Warisan Kebangsaan (Aswara) Malaysia. Naskah ini disadur dari Hikayat Ganja Mara, sebuah karya sastra Melayu Malaka yang populer di tahun 1897.
Pekan Apresiasi Teater (PAT) merupakan ajang biennale yang diselenggarakan oleh Program Studi Seni Teater ISI Padang Panjang, terakhir di tahun 2015. PAT merupakan ruang bersama bagi akademisi maupun praktisi teater baik antarkampus maupun antarnegara untuk saling mengapresiasi dan berbagi pengalaman.