Kisah Perjalanan Panjang Zulfa Eff Uli Ras Hingga Menjabat Ketua Yayasan ITP!

Ketua Yayaan Institut Teknologi Padang, Zulfa Eff Uli Ras

Ketua Yayaan Institut Teknologi Padang, Zulfa Eff Uli Ras

HARIANHALUAN.id – Pendidikan seyogyanya merupakan jalan mutlak untuk memajukan sebuah peradaban. Sosok nama yang pantas disebut seiring dengan pengabdiannya yang tulus dan ikhlas, terutama dalam bidang pendidikan adalah Zulfa Eff Uli Ras, Ketua Yayaan Institut Teknologi Padang (ITP).

Sosok praktisi sekaligus akademisi yang telah banyak malang melintang dalam ranah akademik dan ilmu pengetahuan. Lahir pada 15 Februari 1951 di Nagari Simabua, Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Zulfa berhasil mengemas sederet prestasi.

“Saya dibesarkan dalam lingkungan dan budaya yang berbeda-beda sejak kecil. Diasuh dengan kasih sayang penuh dari seorang nenek, Mak E, yang rupanya hanya berlangsung singkat. Akhirnya saya diajak oleh hidup untuk berjalan di belahan bumi yang lain,” awal mula ia bercerita.

Dalam perjalanan hidup tersebut, banyak hal yang terjadi, sederetan peristiwa berharga dan penting mengisi sejarah perjalanan hidup Zulfa. Singkat cerita, sampailah pada 1961 pertengahan Januari, ia pergi meninggalkan Simabua.

“Yogyakarta adalah tujuan saya saat itu. Sebuah kota dengan lambang kebudayaan adiluhung, tempat raja-raja Jawa membagi tahta mereka. Di sana terbilang khasanah intelektual terbentuk. Barangkali inilah yang memikat kedatangan kaum muda, yang berasal dari seluruh penjuru. Saya adalah salah satunya,” tutur Zulfa.

Zulfa ternyata terus menampakkan bakatnya dibidang teknik sejak duduk di bangku ST. Ia juga ditakdirkan untuk selalu berkelana dari Yogyakarta ke Darussalam Banda Aceh ketika masih kelas 5 SD. Belum sempat menyelesaikan STM di Aceh, ia harus melanjutkan sekolah di STMN Padang, Simpang Haru, karena harus pindah ikut orang tua ke Padang.

“Begitu panjang perjalanan kehidupan saya jika diceritakan. Sampai saya diterima menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan Teknik IKIP Padang (sekarang Fakultas Teknik UNP) di Tahun 1972. Hingga saya diberi bekal untuk menjadi dosen yang kreatif dan kompetitif. Saya bersyukur bahwa setelah menerima secarik ijazah sarjana, saya langsung diamanahkan untuk mengabdi di almamater. Saya mengantongi status pekerjaan sebagai seorang dosen FKT IKIP,” ucap Zulfa penuh haru.

Setelah menikah di September Tahun 1979, di sekitar Mei 1981 ia mendapatkan kesempatan untuk melakukan studi banding tentang hubungan pendidkan vokasi dengan dunia industri ke tiga negara. India, Singapura, dan Malaysia. Tentu ini pengalaman pertama yang ditangguk oleh Zulfa saat itu.

“Meski dihadapkan dengan segala keterbatasan untuk mengabdikan pengetahuan, namun pengejawantahan dari sebuah ilmu senantiasa harus dilakukan. Hendaknya, kepulangan saya dalam kunjungan luar negri itu mesti membawa perubahan. Artinya, dimanapun saya berkegiatan, saya mengusahakan akan ada secercah benderang ke arah kemajuan. Mutlak adanya,” ujarnya.

Dari pengalamannya, Zulfa menjelaskan, setidaknya ada lima poin penting yang mesti dimiliki oleh setiap pendidik. Pertama, pengembangan kualitas pembelajaran. Kedua, pengembangan keilmuan dan keahlian. Ketiga, pengabdian masyarakat. Keempat, manajemen atau pengelolaan institusi dan kelima peningkatan kualitas kegiatan mahasiswa.

Mencatat Sejarah dalam Perjalanan ITP

“Dari lubuk hati yang paling dalam, rasa syukur membalut hati ini. Pikiran saya menerawang jauh pada 40 tahun silam. Saat awal kali pertama menetapkan hati untuk mendedikasikan diri di Kampus ITP (dulunya masih bernama ATP) ini. Barangkali, selama pengembaraan hidup sebagai seorang praktisi pendidikan, ITP telah menjadi bagian penting yang bersisian erat dengan sejarah hidup saya,” ucap Zulfa.

Ia mengingat kembali, saat pulang dari tiga negara, ia dikagetkan dengan adanya namanya di papan struktur ATP sebagai Wakil Direktur III ATP periode 1982-1986.

“Hal itu juga disampaikan langsung oleh Jalias Jama Dekan FKT IKIP saat itu (yang juga sebagai salah seorang pendiri/pengurus yayasan ATP). Betapa saya telah menerima amanah sebesar ini. Sebenarnya ATP masih begitu asing bagi saya. Saya hanya pernah mendengar saat itu saat saya menjadi mahasiswa, lalu bagaimana bisa saya langsung diamanahkan menjadi salah seorang pimpinan,” ujarnya.

ATP yang hari ini dikenal dengan ITP, didirikan oleh sembilan orang praktisi pendidikan yang berdedikasi. Sebagian besar dari pendiri itu berlatarbelakang peduli terhadap pendidikan dan pendidik dari IKIP Padang. ATP didirikan atas dasar “pengabdian untuk pendidikan” bukan untuk “bisnis”, dengan pikiran yang cemerlang dan niat penuh rasa pengabdian. Ini dapat dilihat dari kehidupan para pendiri, penyelenggara dan pengelolanya yang hidup dalam kesederhanaan.

“Di dalamnya mengusung niat baik dan sederhana dari para pendiri, yaitu: “untuk mencetak para ahli teknik yang kompeten”. Cita-cita besar ini menjadi tanggungjawab saya seiring dengan amanah sebagai wakil direktur yang diamanahkan terhadap saya. Pendekatan pertama saya dalam menjalankan tugas waktu itu adalah pemetaan permasalahan kemahasiswaan dan proses pembelajaran. Kemudian masuk kepada kelengkapan sarana dan prasarana, sampai dalam perjalanannya pada 1986 saya kemudian diamanahkan dan dilantik. Saya resmi menjadi Direktur ATP, berlanjut jadi Ketua STTP hingga Rektor ITP hingga Tahun 2003 dan akhirnya jadi ketua yayasan sampai saat ini,” ucapnya.

Singkat cerita, Zulfa mengungkapkan perasaan syukur dan haru bahwa semangatnya kini masih sama seperti dahulu, bersamangat mengabdi sembari mempersiapkan kader dengan orang-orang yang punya jiwa pengabdian yang tinggi, seperti cita-cita pendiri ini dahulu.

“Dahulu, di saat ITP seperti bunga yang masih kuncup kelopaknya. Kini, ITP menjelma menjadi perguruan tinggi swasta tersohor. Bagi saya, perjalanan ini masih panjang. Kita tidak boleh berhenti apalagi menyudahi perjuangan ini. Harus dilanjutkan oleh kader-kader yang berdedikasikasi tinggi untuk mengabdi. Kita tidak boleh berucap lelah untuk berdedikasi, karena berkecimpung dibidang pendidikan adalah pengabdian yang tulus,” ucapnya menyudahi. (*)

Exit mobile version