Dari Limbah Menjadi Energi, Prodi Teknik Lingkungan ITP Berdayakan Keltan Guo Mandiri

HARIANHALUAN.ID – Satu lagi kabar menggembirakan yang menambah daftar panjang prestasi Institut Teknologi Padang (ITP). Hadir pertama kali pada tahun 2023 lalu, sebuah inovasi dikembangkan oleh tim peneliti dari Program Studi Teknik Lingkungan yang diketuai oleh Dr. MS, M.Si yang sekaligus menjabat Ketua Prodi Teknik Lingkungan ITP.

Melalui pengembangan teknologi tepat guna pembuatan biogas dari kotoran ternak sebagai alternatif energi terbarukan di Desa Guo, Kelurahan Kuranji, Kota Padang. Tim peneliti Prodi Teknik Lingkungan ITP menggelar Pendampingan Masyarakat Berkelanjutan Kelompok Tani Guo Mandiri.

“Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari rangkaian pelaksanaan program hibah yang berhasil diraih oleh tim peneliti melalui skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) Tahun Anggaran 2024. Dengan dukungan hibah ini, kegiatan tersebut dirancang untuk memberdayakan para petani dengan menggabungkan pendekatan teknologi dengan pemberdayaan masyarakat,” ujar Herix Sonata.

Melalui program ini, limbah yang sering dianggap tak bernilai kini diolah menjadi biogas, yang menjadi alternatif solusi tepat guna yang ramah lingkungan, ekonomis, dan berdampak langsung pada masyarakat pedesaan. Inovasi ini tidak hanya membantu mengatasi permasalahan limbah, tetapi juga mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap energi fosil yang kian mahal.

Kelompok Tani Guo Mandiri, yang dipimpin oleh Jamaris, A.Md., berperan sebagai mitra utama dalam kegiatan ini. Sebanyak 20 anggota kelompok tani turut serta, aktif berkolaborasi dengan dosen dan mahasiswa dari Teknik Lingkungan ITP.

“Program ini menggabungkan pelatihan teknis dengan penerapan langsung pembuatan tangki digester, yaitu alat untuk menghasilkan biogas dari limbah ternak,” sebutnya.

Limbah Kotoran Ternak memiliki potensi menjadi alternatif energi terbarukan sebagai bahan utama dalam proses fermentasi anaerobik di dalam tangki digester. Proses ini menghasilkan gas metana yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif, menjadikannya sumber energi yang terjangkau dan berkelanjutan bagi warga desa.

Pengembangan teknologi biogas ini melibatkan pembuatan biodigester sederhana namun efektif, di mana kotoran ternak dicampur dengan air dan bahan tambahan seperti bioaktivator EM4 dan molase. Setelah difermentasi selama sekitar 20 hari dalam kondisi tanpa oksigen, digester menghasilkan gas metana yang siap digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Teknologi ini juga memungkinkan masyarakat memanfaatkan residu sebagai pupuk organik, sehingga menghasilkan manfaat tambahan untuk sektor pertanian.

“Selain itu, dengan penggunaan biogas yang ramah lingkungan, Desa Guo telah membantu mengurangi jejak karbon dan menyumbang pada penurunan polusi udara di daerah sekitarnya,” tambahnya.

Keberhasilan pengembangan biogas di Desa Guo ini menjadi contoh nyata bahwa teknologi tepat guna dapat diterapkan oleh masyarakat pedesaan dengan dampak positif yang luas. Inovasi ini menandai langkah besar menuju pemanfaatan energi terbarukan di tingkat lokal dan menjadi bukti nyata bahwa limbah pun dapat diubah menjadi energi yang bermanfaat.

Bagi Desa Guo dan banyak wilayah lain di Indonesia, biogas dari limbah ternak bukan hanya solusi energi yang berkelanjutan, tetapi juga simbol dari kemajuan dan kemandirian energi yang dapat dicapai bersama. (h/win)

Exit mobile version