Dikatakannya, daerah penyumbang kasus HIV paling banyak yaitu Kecamatan Koto Tangah yang terdiri dari 40 kasus, diikuti oleh Kecamatan Lubeg 22 kasus dan Kecamatan Lubuk Kilangan tercatat sebagai wilayah dengan kasus terendah, yaitu empat kasus.
“Kasus HIV ini memang ada penurunan dari tahun lalu. Tapi penyebaran virus ini tidak akan berhenti sehingga hal ini memang membutuhkan perhatian. 308 kasus pada 2024 bukan sebuah tren penurunan dari tahun sebelumnya, namun memang jumlah tersebut menjadi kasus yang kita data sepanjang tahun 2024,” katanya.
Sementara itu, Pengamat Sosial Universitas Negeri Padang (UNP), Erianjoni membenarkan bahwa, semakin maraknya kasus HIV saat ini disebabkan oleh mereka yang memiliki perilaku menyimpang LSL atau homo dibandingkan dengan mereka yang lesbi sehingga mereka menjadi kelompok rentan dalam penyebaran kasus tersebut.
“Mereka yang tergolong dalam LSL ini seringkali melakukan seks bebas tanpa menggunakan pengaman sehingga penyebaran virus tersebut menjadi sangat mudah. Kemudian mereka juga sangat mudah untuk gonta ganti pasangan. Ini membuktikan bahwa, aktivitas LGBT ini sangat berisiko,” ujarnya.
Penularan HIV, sambungnya tidak hanya berhenti pada mereka yang tergolong pada LSL saja, namun lebih luas mereka juga tergolong kepada biseksual (penyuka laki-laki dan perempuan) yang membuat virus ini bisa menyebar lebih luas lagi kepada seluruh kalangan.
“Mereka yang tergolong dalam LSL ini biasanya disebabkan oleh trauma masa lalu. Awalnya mereka memang menjadi korban, namun pada akhirnya mereka juga ingin melampiaskan gairah seks tersebut kepada orang lain. Ini yang menjadikan kasus HIV ini tidak berkesudahan,” katanya.