JAKARTA, HARIANHALUAN.ID — Salah satu masalah yang sering dialami anak-anak adalah gangguan tidur. Salah satu jenis gangguan yang kerap terjadi adalah night terror atau teror tidur. Night terror ditandai dengan kondisi anak tiba-tiba terbangun dalam keadaan ketakutan, berteriak, menendang, atau menggapai-gapai saat terlelap.
Kondisi ini umumnya muncul pada anak berusia 3 hingga 7 tahun dan biasanya akan berkurang seiring bertambahnya usia.
Episode night terror dapat berlangsung antara 10 hingga 40 menit dan sering terjadi pada fase tidur NREM 3-4, yang jatuh pada sepertiga awal malam.
Menurut dokter spesialis anak yang fokus pada Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial Eva Devita Harmoniati, dalam sebuah webinar, Selasa (18/2), “Night terror sering kali disalahartikan sebagai mimpi buruk biasa, padahal keduanya berbeda. Night terror terjadi di fase tidur non-REM sehingga anak tidak dapat mengingat peristiwa tersebut.”
Saat mengalami night terror, lanjut Eva, anak mungkin tampak sangat takut dan panik, namun mereka umumnya tidak responsif terhadap orang-orang di sekitarnya. Setelah terbangun, anak biasanya tidak ingat apa yang terjadi selama episode tersebut.
Meskipun penyebab pasti night terror belum sepenuhnya dipahami, ada beberapa faktor yang diduga dapat memicu terjadinya gangguan tidur ini, antara lain:
- Incomplete arousal: Gangguan saat anak terbangun dari fase tidur nyenyak.
- Faktor pemicu: Seperti demam, sakit, aktivitas fisik berlebihan, konsumsi kafein, kurang tidur, kelelahan, dan stres emosional seperti kecemasan atau rasa takut berpisah.
- Faktor genetik: Riwayat keluarga dengan gangguan tidur dapat meningkatkan risiko terjadinya night terror pada anak.
Secara umum, night terror bukanlah kondisi yang membahayakan dan cenderung menghilang seiring bertambahnya usia anak.
Meski begitu, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu mengatasi masalah ini:
- Ciptakan rutinitas tidur yang teratur: Pastikan anak mendapatkan waktu tidur yang cukup dengan waktu tidur yang tetap setiap malam.
- Hindari faktor pemicu: Jauhkan anak dari aktivitas fisik berlebihan, konsumsi kafein, dan faktor lain yang mungkin memicu night terror.
- Tenangkan anak: Jika anak mengalami night terror, tetaplah tenang dan jangan mencoba membangunkannya secara paksa. Dampingi mereka hingga episode tersebut berakhir.
- Konsultasikan dengan dokter: Jika night terror terjadi sering atau mengganggu kualitas hidup anak, segera bawa anak untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat.
“Tidur yang cukup sangat vital untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Kurang tidur dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan perilaku, seperti gangguan konsentrasi, kemarahan yang berlebihan, hiperaktif, serta isu emosional,” ungkap Eva.
Dia menambahkan, “Selain night terror, gangguan tidur pada anak bisa berupa insomnia, sleep apnea, atau berjalan saat tidur. Penting untuk mengenali gejala-gejalanya dan mencari bantuan jika diperlukan. “
Secara keseluruhan, night terror adalah gangguan tidur yang umum terjadi pada anak. Meskipun mungkin terlihat menakutkan, kondisi ini umumnya tidak berbahaya dan akan mereda seiring waktu.
Namun, jika gangguan ini terjadi berulang kali atau mengganggu kualitas hidup anak, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter demi penanganan yang tepat. (*)