JAKARTA, HARIANHALUAN.ID — Komisi IX DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Rabu (14/5).
Rapat yang dipimpin langsung Ketua Komisi IX DPR RI Felly Estelita Runtuwene ini terkait permohonan audiensi dari IDAI lantaran adanya ancaman terhadap independensi profesi dokter anak.
Turut hadir dalam RDPU Ketua IDAI Dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K), dan jajarannya.
Piprim adalah salah seorang staf pengajar senior di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Jakarta Pusat, yang dipindahtugaskan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkususmo (RSCM) ke Rumah Sakit Fatmawati.
Mutasi itu dinilai sarat muatan politik. Pasalnya, selain mutasi tersebut tidak disertai alasan yang kuat dan jelas. Piprim diketahui sangat vokal mengkritisi kebijakan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. Terutama terkait kolegium yang sudah dibentuk puluhan tahun silam.
Kolegium adalah badan yang dibentuk oleh organisasi profesi untuk setiap cabang disiplin ilmu kesehatan yang bertugas mengampu dan meningkatkan mutu pendidikan serta standar kompetensi tenaga medis dan tenaga kesehatan di Indonesia. Kolegium juga merupakan alat kelengkapan Konsil Kesehatan Indonesia.
Hal itu diungkapkan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Dr Iqbal Mochtar dalam podcast Abraham Samad SpeakUp bertajuk “Rahasia Masalah di Dunia Kedokteran, Dr. Iqbal: Copot Menteri Kesehatan!” dikutip Selasa malam, 13 Mei 2025.
“Jadi BGS (Budi Gunadi Sadikin) ini dia membentuk kolegium tandingan. Jadi setelah puluhan tahun ada kolegium ini tiba-tiba dia membentuk kolegium versi Kementerian Kesehatan,” ungkap Iqbal.
Iqbal menerangkan bahwa orang-orang kolegium versi Kemenkes tersebut dipilih secara online voting. Bukan berdasarkan standarisasi dunia kesehatan sebagaimana mestinya.
“Itu dia pilih secara voting. Jadi online voting, dia (BGS) sebarkan nama-nama ini siapa yang ini ayok pilih, itu yang dipilih dari situ, siapa yang terbanyak. Makanya kita sebut sebagai Kolegium Idol,” kata Iqbal. (*)