JAKARTA, HARIANHALUAN.ID – Penyakit asma masih menjadi salah satu penyakit kronik yang paling sering dijumpai, khususnya pada anak-anak. Bahkan angka kejadian asma pada anak cenderung lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Meskipun penyakit ini tak bisa dihilangkan, namun, bisa dikendalikan dengan penanganan yang tepat.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Unit Kerja Koordinasi Respirologi IDAI, Dr. Wahyuni Indawati, Sp.A, Subsp.Respi(K), dalam webinar daring yang diselenggarakan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada Selasa (27/5).
“Angka kejadian asma bervariasi antar negara, tapi diperkirakan sekitar 20 persen pada anak-anak. Jika dihitung secara global, saat ini mencapai 300 juta orang dan diprediksi meningkat menjadi 400 juta pada 2025,” ujar Wahyuni.
Di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), sekitar 4,5 persen dari total populasi atau sekitar 12 juta orang diperkirakan mengidap asma. Wahyuni menekankan, tingginya angka kekambuhan dan keterbatasan akses terhadap obat hirup (inhalasi) menjadi tantangan utama dalam pengendalian penyakit ini.
Mengenali gejala asma pada anak Wahyuni menjelaskan bahwa asma merupakan penyakit kronik akibat peradangan saluran napas yang bersifat alergik. Pada anak dengan asma, saluran pernapasan menjadi lebih sensitif dan mudah menyempit saat terpapar pencetus, seperti debu, polusi, atau aktivitas fisik berlebihan.
“Saluran napas anak dengan asma itu seperti daun putri malu. Begitu ada pencetus, langsung menguncup, bengkak, dan memproduksi lendir berlebihan,” kata dia.