Gejala khas asma pada anak antara lain batuk berulang, sesak napas, serta napas berbunyi “ngik-ngik” atau mengi, terutama pada malam atau dini hari. Untuk membantu mengenali asma, digunakan akronim EFTAR, yakni: Episodik: Gejala muncul berulang Faktor pencetus: Seperti alergen, cuaca, atau aktivitas Trigger (pencetus): Polusi, asap rokok, makanan tertentu Alergi: Riwayat alergi pada anak atau keluarganya Reversibilitas: Gejala membaik dengan obat Pemeriksaan fungsi paru atau penggunaan alat, seperti peak flow meter, juga bisa membantu menegakkan diagnosis.
Menurut Wahyuni, tujuan utama penanganan asma adalah mengendalikan gejala agar anak tetap bisa menjalani aktivitas normal tanpa terganggu serangan. “Faktor keturunan memang tidak bisa diubah, tapi gejala asma bisa dikendalikan. Artinya, anak yang punya bakat asma belum tentu harus bergejala,” tuturnya.
Orang tua perlu mengenali dan menghindari pencetus gejala, termasuk debu rumah, bulu hewan, makanan dengan pengawet atau MSG, hingga asap rokok. Makanan seperti coklat atau makanan berpengawet, bisa merupakan salah satu makanan yang jadi pencetus kambuhnya asma.Namun, jika jumlah yang konsumsinya, asma ini bisa dikendalikan.
Jika gejala muncul, penanganan pertama adalah pemberian obat untuk meredakan sesak, biasanya dalam bentuk inhalasi. Dengan deteksi dini dan pengelolaan yang tepat, anak-anak dengan asma dapat tumbuh sehat dan aktif seperti anak lainnya. (h/atv/*)