PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Pengelolaan sampah, khususnya sampah organik, menjadi tantangan besar di Indonesia, termasuk di Kota Pariaman dan RSUD Prof. H. Muhammad Yamin, SH.
Kota Pariaman menghasilkan sekitar 40 ton sampah per hari, dengan 79–80% di antaranya merupakan sampah organik yang sebagian besar berasal dari rumah tangga, pasar dan kegiatan musiman.
Di lingkungan fasilitas kesehatan, RSUD Prof. H. Muhammad Yamin, SH mencatat produksi sampah sekitar 1,5 ton per hari. Dari jumlah tersebut, sekitar 60% adalah sampah organik seperti sisa makanan, dedaunan taman, dan limbah dapur gizi.
Selama ini, seluruh sampah organik tersebut dicampur dengan sampah non-organik dan dibuang langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa proses pemilahan atau pengolahan lanjutan. Akibanya, volume sampah di TPA terus meningkat, menimbulkan bau tak sedap, pencemaran, serta risiko kesehatan.
Pembusukan sampah organik di TPA juga menghasilkan gas metana (CH₄), salah satu gas rumah kaca utama yang mempercepat perubahan iklim global. Situasi ini menjadi ironi tersendiri, terlebih bagi institusi pelayanan publik seperti rumah sakit yang seharusnya menjadi teladan dalam menciptakan lingkungan sehat dan berkelanjutan.
Direktur RSUD Prof. H. Muhammad Yamin, SH, dr. Herlina Nasution, M. Kes, menyadari bahwa tanpa upaya pengelolaan sampah dari sumbernya, rumah sakit tidak hanya memperberat beban TPA kota, tetapi juga berisiko menurunkan kualitas layanan dan kenyamanan pasien serta pengunjung.
“Tingginya volume sampah organik yang mencapai ±900 kg per hari menjadi persoalan serius, terutama karena belum adanya sistem pemilahan, rendahnya kesadaran pegawai, dan ketiadaan mekanisme pengolahan mandiri,” kata dia di Kota Pariaman.
Sebagai respons, tim internal RSUD menginisiasi penjaringan ide melalui observasi langsung di area penghasil sampah, diskusi lintas unit (gizi, kebersihan, perawatan), serta konsultasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan UPT TPA. Tim juga melakukan studi banding ke institusi dan komunitas pengelola kompos untuk mencari pendekatan yang relevan dan aplikatif.
Dari proses penjaringan tersebut, muncul berbagai alternatif solusi, seperti pemilahan sampah dari sumber (ruang rawat, dapur, taman), pengadaan mesin pencacah organik skala kecil, pemanfaatan lahan kosong untuk pengomposan, edukasi pemilahan sampah bagi pegawai dan pengunjung, serta pengolahan limbah organik menggunakan larva Black Soldier Fly (BSF).