Seluruh ide dianalisis berdasarkan efektivitas, kemudahan implementasi, biaya, serta dampaknya terhadap lingkungan dan budaya kerja rumah sakit.
Herlina menjelaskan, melalui proses evaluasi yang komprehensif, dipilihlah pendekatan yang paling realistis dan berkelanjutan pengelolaan sampah organik melalui sistem pemilahan dari sumber dan pengolahan menjadi kompos.
“Inovasi ini dikembangkan dalam sebuah program terpadu bernama SAMPO J’KO (Sampah Organik Jadi Kompos), yang dinilai mampu menjawab akar masalah secara langsung, mudah diterapkan dengan sumber daya yang tersedia dan memiliki potensi edukatif maupun ekonomi bagi rumah sakit,” tuturnya.
Manfaat dari inovasi ini sangat signifikan. Selain mengurangi volume sampah organik yang dibuang ke TPA dan menurunkan emisi gas rumah kaca, program ini juga menciptakan lingkungan rumah sakit yang lebih bersih dan sehat.

Kompos yang dihasilkan dapat digunakan untuk taman atau bahkan dijual sebagai pupuk organik, sehingga menghemat biaya dan memberikan nilai tambah.
Inovasi ini juga mendorong peningkatan kesadaran lingkungan di kalangan pegawai dan pengunjung rumah sakit, serta memperkuat citra RSUD Prof. H. Muhammad Yamin, SH, sebagai rumah sakit ramah lingkungan yang peduli terhadap keberlanjutan.
“Dampak positif inovasi ini dirasakan baik secara internal maupun eksternal. Volume sampah nonmedis yang dibuang ke TPA berkurang hingga 40–60%, mendukung akreditasi rumah sakit dalam aspek manajemen lingkungan dan keselamatan kerja,” ujar Herlina lebih lanjut.
Secara eksternal, program ini mengurangi beban TPA Kota Pariaman dan berpotensi direplikasi oleh fasilitas layanan kesehatan lain. Dalam jangka panjang, inovasi SAMPO J’KO berkontribusi terhadap target pengurangan sampah nasional sebesar 30% pada tahun 2025, menekan emisi gas rumah kaca dari sektor limbah, serta menumbuhkan budaya sadar lingkungan di masyarakat. (*)