PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – RSUD Prof. H. Muhammad Yamin, SH memperkenalkan inovasi pelayanan kesehatan bertajuk “Patroli Se-HD”, sebagai langkah efektif mengatasi masalah kelebihan cairan pada pasien gagal ginjal kronik (GGK) yang menjalani hemodialisis.
Direktur RSUD Prof. H. Muhammad Yamin SH, dr. Herlina Nasution, M. Kes mengatakan, program ini lahir dari tingginya angka ketidakpatuhan pasien dalam membatasi asupan cairan di rumah, yang selama ini memicu komplikasi serius.
Menurutnya, data World Health Organization (WHO) tahun 2019 menunjukkan penyakit ginjal kronik menempati peringkat ke-10 penyebab kematian di dunia, dengan jumlah penderita mencapai 1,3 juta orang. Di Indonesia, kasus terbanyak pada 2020 adalah CKD Stage 5 sebanyak 61.786, disusul acute kidney injury sebanyak 4.625 kasus. “Kepatuhan pasien dalam mengontrol cairan menjadi faktor penentu keberhasilan terapi hemodialisis,” ujarnya.
Berdasarkan evaluasi internal, RSUD Prof. H. Muhammad Yamin SH mencatat tingkat kepatuhan pasien GGK terhadap pembatasan cairan masih rendah. Indikator Interdialytic Weight Gains (IDWG) menunjukkan 52,2% pasien berada pada kategori berat, 14,5% kategori sedang, dan hanya 33,3% kategori ringan.
“Angka ini menunjukkan perlunya metode pemantauan yang lebih intensif, tidak hanya mengandalkan edukasi lisan,” jelas Herlina.
Sebelumnya, upaya pengendalian cairan dilakukan melalui edukasi pasien dan keluarga menggunakan leaflet serta pembatasan minum dengan botol berukuran tertentu. Namun, hasilnya belum signifikan. “Akhirnya kami memilih inovasi Patroli Se-HD, yaitu metode pencatatan intake-output cairan secara detail selama 24 jam, yang dibantu oleh keluarga pasien,” katanya.
Melalui program ini, setiap pasien hemodialisis mendapatkan Chart Pemantauan Intake Output Cairan untuk mencatat jumlah cairan masuk dan keluar setiap jam di rumah. Laporan tersebut juga memuat kolom keterangan bagi pasien untuk menulis keluhan, seperti sesak, mual, atau muntah.
“Catatan ini dibawa saat kontrol ke poliklinik atau sesi hemodialisis berikutnya, agar dokter dan perawat dapat menilai kepatuhan pasien,” katanya.
Hasil pelaksanaan inovasi ini menunjukkan dampak positif. Persentase pasien kategori berat turun dari 52,2% menjadi 33%, sementara kategori ringan meningkat menjadi 26,4% dan kategori sedang 28,6%. Pasien juga dilaporkan mampu mengontrol cairan di rumah sebelum sesi hemodialisis dan mengurangi keluhan akibat kelebihan cairan.