PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – RSUD Prof. H. Muhammad Yamin, SH meluncurkan inovasi SIGEMOY BERAKSI (Sistem Pengendalian Indeks Massa Tubuh Berbasis Aplikasi dan Edukasi), untuk menekan angka obesitas di lingkungan rumah sakit.
Inovasi ini muncul sebagai respons atas meningkatnya prevalensi obesitas yang menjadi faktor risiko penyakit tidak menular dan menempati peringkat kelima penyebab kematian di dunia.
Direktur RSUD Prof. H. Muhammad Yamin, SH, dr. Herlina Nasution, M.Kes, menjelaskan bahwa obesitas tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga berpengaruh terhadap sosial dan ekonomi.
“Obesitas bisa menurunkan kualitas hidup, mengurangi produktivitas, meningkatkan biaya kesehatan negara, serta membuat individu mengeluarkan biaya besar saat sakit. Selain itu, penampilan yang berubah juga bisa mengurangi rasa percaya diri,” ujarnya.
Data WHO tahun 2022 mencatat, terdapat 2,5 miliar orang dewasa mengalami kelebihan berat badan, dengan 890 juta di antaranya hidup dengan obesitas. Di Indonesia, prevalensi obesitas pada penduduk usia di atas 18 tahun naik dari 21,8 persen pada 2018 menjadi 23,4 persen pada 2023. Sementara itu, di Sumatera Barat, 21,5 persen penduduk dewasa mengalami obesitas.
Herlina mengungkapkan, kondisi tersebut juga terlihat di internal RSUD Prof. H. Muhammad Yamin. Berdasarkan survei pendahuluan terhadap 105 petugas, sebanyak 29,5 persen di antaranya mengalami obesitas. “Jika tidak dicegah, ini akan mempengaruhi kualitas hidup dan kinerja mereka,” katanya.
Menurutnya, selama ini rumah sakit belum memiliki sistem pemantauan dan pengendalian berat badan, sehingga banyak pegawai kesulitan menurunkan berat badan. Dari penjaringan ide, tim memilih untuk mengembangkan SIGEMOY BERAKSI setelah melakukan uji coba beberapa metode penanganan.
Program ini memiliki alur kerja yang sederhana namun terintegrasi. Peserta cukup memindai QR code untuk mengisi data diri, kemudian sistem menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT).