Dalam program ini, petugas memberikan nomor HP rawatan kebidanan kepada pasien, mencatat nomor kontak pasien atau keluarganya dan mengingatkan jadwal kontrol. “Jika ada keluhan, pasien bisa langsung menghubungi petugas tanpa harus datang ke rumah sakit. Ini menghemat waktu, biaya dan tenaga,” kata Herlina.
Hingga saat ini, dari 70 pasien pascarawatan, sekitar 40 orang memanfaatkan layanan JeKPOT. Petugas memverifikasi apakah keluhan yang dilaporkan termasuk gawat darurat atau fisiologis. Dari jumlah tersebut, 10 pasien harus kembali ke IGD untuk penanganan lebih lanjut, sementara sisanya menunggu jadwal kontrol sesuai ketentuan.
Herlina menyebut, keberadaan JeKPOT sangat membantu dalam menekan risiko AKI dan AKB. “Petugas dapat memantau kondisi pasien hingga benar-benar stabil, sementara pasien merasa lebih tenang karena bisa berkonsultasi kapan saja tanpa jarak,” ucapnya.

Selain itu, JeKPOT juga meningkatkan kepuasan pasien terhadap layanan rumah sakit. Herlina menegaskan, program ini bukan hanya memperbaiki kualitas pelayanan, tetapi juga menjadi upaya preventif yang efektif.
“Kami ingin memastikan pasien tidak merasa sendiri setelah pulang dari rumah sakit. Dengan komunikasi dua arah, risiko dapat ditekan, nyawa pun bisa diselamatkan,” katanya.
Dengan manfaat yang telah dirasakan, RSUD Prof. H. M. Yamin berkomitmen untuk mengembangkan JeKPOT sebagai layanan permanen. “Ini adalah bagian dari ikhtiar kami untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, meningkatkan kualitas pelayanan, serta mendukung tercapainya target SDGs,” tutur Herlina. (*)