PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Angka kematian ibu dan bayi masih menjadi tantangan besar dalam dunia kesehatan Indonesia. Meski berbagai program telah berjalan, kasus justru cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Fakta ini mendorong RSUD Prof. H. Muhammad Yamin, SH Kota Pariaman, menghadirkan inovasi baru bernama JAMILA RESTI.
Program yang merupakan singkatan dari Jaringan Informasi Pemantauan Ibu Hamil Risiko Tinggi ini dirancang untuk memantau kesehatan ibu hamil yang memiliki risiko tinggi secara lebih sistematis. Dengan pemantauan terintegrasi, komplikasi bisa dideteksi sejak dini, sehingga penanganan tidak terlambat.
Direktur RSUD Prof. H. Muhammad Yamin, SH, dr. Herlina Nasution, M.Kes menyebut, ide ini lahir dari kondisi nyata di lapangan. “Banyak ibu hamil yang datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi gawat darurat. Itu karena pemantauan selama masa kehamilan belum berjalan maksimal,” ujarnya.
Menurut dr. Herlina, program ini bukan sekadar inovasi rumah sakit, tetapi juga bentuk dukungan nyata terhadap target SDGs 2030. “Tujuan kita jelas, menurunkan angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100 ribu kelahiran hidup, serta kematian bayi menjadi 12 per 1.000 kelahiran hidup,” katanya.
Tren nasional memang masih mengkhawatirkan. Pada 2022 tercatat 3.572 kematian ibu, naik menjadi 4.460 kasus di 2023 dan hingga pertengahan 2024 sudah mencapai 4.151 kasus. Untuk bayi, jumlah kematian melonjak dari 20.882 kasus (2022) menjadi 29.945 kasus (2023).
Di Sumatera Barat (Sumbar), angka yang dicatat juga cukup tinggi: 118 kematian ibu dan 826 kematian bayi pada 2023. Sedangkan di Kota Pariaman, RSUD mencatat 145 kasus kegawatdaruratan ibu hamil risiko tinggi sepanjang tahun 2023, naik 22 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Situasi ini menjadi alarm. Kalau tidak ada sistem pemantauan aktif, ibu hamil risiko tinggi akan terus datang dalam kondisi terlambat dan itu bisa berakibat fatal,” kata dr. Herlina.
JAMILA RESTI bekerja dengan menghubungkan tenaga medis rumah sakit, petugas lapangan dan pasien melalui jalur komunikasi yang intensif. Bahkan teknologi sederhana seperti pesan singkat dan aplikasi percakapan dimanfaatkan agar perkembangan pasien selalu terpantau.