“Untuk melakukan itu semua dengan maksimal, tentu IBI memerlukan langkah strategis. Ini penting demi menjaga kesehatan ibudan anak dalam kerangka memastikan terwujudnya ketahanan kesehatan nasional,” kata Mahyeldi.
Selain itu, menurut Konfederasi Bidan Internasional, bidan juga berperan penting dalam upaya menyesuaikan sistem kesehatan dengan isu perubahan iklim, sehingga bidan tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan yang aman, tetapi juga pelayanan kesehatan yang ramah lingkungan.
“Kami juga terus berharap bidan menjadi garda terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, terutama dalam upaya penurunan angka kematian ibu (AKI) dan penurunan angka kematian bayi (AKB) sebagai salah satu Indikator Global Suistainable Development Goals (SDGs) Tahun 2030,” kata Mahyeldi.
Sebelumnya, Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) juga ikut menyoroti tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Bahkan terbilang tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
“Kita tahu kematian ibu di negara kita itu ranking ke-9 dari 10 negara di ASEAN. Kematian anak itu ranking ke-7 dari 10 negara di ASEAN. Artinya sangat tinggi sekali,” kata Jokowi dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (28/8) kemarin.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi di ASEAN dalam hal kematian ibu. Jauh lebih tinggi daripada Malaysia, Brunei, Thailand, dan Vietnam yang sudah dibawah 100 per 100 ribu kelahiran hidup.
Menurut data Maternal Perinatal Death Notification (MPDN), sistem pencatatan kematian ibu Kementerian Kesehatan, jumlah kematian ibu pada tahun 2022 mencapai 4.005.