FLORES TIMUR, HARIANHALUAN.ID – Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan membangun Hunian Tetap (Huntap) tahap pertama bagi para penyintas bencana erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-Laki. Lokasi huntap tersebut berada di Noboleto, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Huntap tahap pertama ini ditargetkan dapat menampung 2.000 Kepala Keluarga (KK). Untuk pembangunan tahap pertama, sebanyak 500 unit rumah untuk 500 KK akan dibangun terlebih dahulu. Hal ini dipastikan oleh Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Dr. Suharyanto usai melakukan peninjauan langsung ke lokasi pembangunan huntap tahap pertama.
Kepala BNPB mengatakan, pemilihan lokasi hunian tetap ini didasarkan pada kajian risiko yang telah dilaksanakan oleh sejumlah pihak terkait, seperti Badan Geologi, Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR). Lokasi tersebut pun sudah dipastikan aman dari risiko bencana erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-Laki yakni berjarak 8 kilometer di luar KRB (Kawasan Risiko Bencana).
“Berdasarkan yang pertama itu tentu saja di luar kawasan risiko bencana (KRB) karena lokasi ini dipilih oleh Badan Geologi. Kemudian memang ini disediakan oleh pemerintah daerah dengan beberapa pertimbangan dan betul-betul sudah tidak ada permasalahan,” kata Suharyanto, usai meninjau lokasi huntap tahap pertama ini, Rabu (27/8).
Sebelum dibangunnya huntap, lanjut Suharyanto menjelaskan, pemerintah akan memulai terlebih dahulu pembangunan infrastruktur utama yakni jalan umum sepanjang 8 kilometer. Pengerjaan pengerasan jalan ini nantinya akan dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sebagai jalan utama menuju lokasi huntap yang sekaligus menjadi akses mobilitas peralatan dan bahan material pembangunan.
Kepala BNPB pun optimistis apabila pembangunan huntap akan berjalan lancar. Selain itu, sebagian besar material untuk pembangunan rumah instan sederhana sehat (RISA) sudah tersedia di lokasi, tinggal menunggu proses perakitan.
“Kemarin sudah dilakukan rapat dan sudah ada tender, September sudah masuk sehingga kalau kita ke sini (meninjau) lagi sudah lebih bagus tempatnya. Sedangkan Kementerian PKP juga sudah meninjau lokasi ini, sudah menyusun RAB jadi tentu saja proses penyiapan lahan juga membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit,” terang Suharyanto.
Upaya penyiapan hunian tetap yang dikerjakan mulai dari penyediaan lahan dan infrastruktur bagi para penyintas bencana erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-Laki ini merupakan bentuk keseriusan dan komitmen pemerintah pusat di bawah arahan Presiden Prabowo Subianto guna memastikan penyintas mendapat tempat tinggal yang aman dan layak.
Selain melihat aspek keamanan dari KRB, Suharyanto juga mengatakan, bahwa pembangunan ini juga mempertimbangkan aspek sosial dan kemanusiaan dengan menjaga kedekatan sosial antar warga agar mereka tetap nyaman meski berpindah tempat tinggal dari lokasi sebelumnya.
Meninjau Huntara
Selain meninjau lokasi pembangunan hunian tetap, Kepala BNPB yang didampingi oleh Bupati Flores Timur serta Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB dan Deputi Bidang Rehabilitas dan Rekonstruksi BNPB, juga meninjau lokasi hunian sementara yang telah dibangun oleh BNPB.
Hunian sementara yang dibangun di sejumlah titik ini ditujukan untuk menampung pengungsi di luar pengungsi mandiri. Adapun target pembangunan huntara ini berjumlah 220 kopel atau 1.100 hunian. Hingga saat ini total huntara yang sudah terbangun berjumlah 170 kopel.
Sebanyak 50 kopel atau 250 unit hunian/KK saat ini dalam proses pembangunan dan ditargetkan akan rampung pada akhir Agustus 2025 untuk mengakomodir pengungsi yang masih berada di tenda pada pos lapangan Konga.
Selain itu, di hari yang sama Kepala BNPB juga mengunjungi Desa Bogalima, Kecamatan Adonara, guna melihat perkembangan dari pembangunan 52 unit rumah bagi warga terdampak konflik sosial antara dua kelompok masyarakat yang terjadi beberapa waktu lalu. Tidak hanya pembangunan rumah, Kepala BNPB juga memastikan pengerjaan infrastruktur berupa jalan umum dan sumur bor untuk akses air sesuai aspirasi dari warga setempat di Desa Illepati juga berjalan baik.
“Alhamdulillah rumah yang kemarin terbakar sudah dalam proses perbaikan, di mana sudah selesai satu unit dan 51 unit lainnya masih dalam tahap pengerjaan. Semuanya sedang berjalan mungkin agak lambat karena tentu saja material dan kondisi tukang berpengaruh tapi kami melihat terus berjalan pengerjaan semoga dalam waktu dekat akan selesai,” ujar Suharyanto.
Suharyanto sekali lagi menyampaikan, bahwa apa yang menjadi aspirasi dan permasalahan di tengah masyarakat di NTT dan telah menjadi kepentingan masyarakat merupakan prioritas untuk ditindak lanjuti. (*)