Teks foto : Api melahap 13 hektare lahan di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Minggu (31/8). Sumber Foto: BPBD Aceh Besar
JAKARTA, HARIANHALUAN.ID – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan hasil pemantauan kejadian bencana selama periode 30 Agustus 2025 pukul 07.00 WIB hingga 31 Agustus 2025 pukul 07.00 WIB. Dalam periode tersebut, tercatat sebanyak 28 kejadian bencana, di mana 18 di antaranya dikategorikan menonjol atau berdampak signifikan, baik berupa kejadian baru maupun pengkinian data di lapangan.
Kita mulai dari tanah longsor terjadi di Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur, berdampak pada 11 KK dengan 9 unit rumah terdampak. Penanganan masih terus dilakukan oleh BPBD Kabupaten Trenggalek bersama instansi terkait.
Selanjutnya, banjir di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, berdampak pada 106 KK dengan jumlah rumah terdampak sebanyak 106 unit. Hujan telah berhenti, namun banjir masih menggenangi wilayah permukiman.
Disisi lain, karhutla terjadi di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, menghanguskan sekitar 13 hektare lahan. Api sudah berhasil dipadamkan.
Banjir melanda Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah, berdampak pada 60 KK dengan 60 rumah terdampak. Satu KK harus mengungsi, sementara warga Dusun II Desa Tindaki berencana melakukan pengungsian mandiri akibat debit air Sungai Tindaki yang masih besar.
Selain itu banjir juga terjadi di Kota Depok, Jawa Barat, mengakibatkan 90 KK terdampak. Status siaga darurat masih berlaku hingga 31 Agustus 2025. Saat ini, kondisi banjir sudah surut.
Dilaporkan banjir juga terjadi di Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung, berdampak pada 1.271 KK dan 1.271 rumah. Saat ini air berangsur surut dan warga melakukan pembersihan pascabanjir, termasuk penyemprotan lumpur di permukiman.
Beralih ke Karhutla yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan sejak awal tahun hingga 29 Agustus 2025, tercatat telah membakar lahan seluas 1.416,94 hektare. Status siaga darurat diberlakukan hingga 30 November 2025.
Selanjutnya Karhutla juga terjadi di Provinsi Kalimantan Barat dimana telah membakar ±11.258 hektare lahan sejak Januari hingga Agustus 2025 dan menimbulkan dua korban jiwa. Status tanggap darurat telah dihentikan pada 30 Agustus 2025, sementara citra satelit menunjukkan pertumbuhan awan konvektif di wilayah Sambas, Bengkayang, dan Sintang.
Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, angin kencang berdampak pada 22 KK atau 92 jiwa. Sebanyak 20 rumah mengalami kerusakan ringan hingga berat. Sebagian besar rumah terdampak telah ditutup terpal untuk sementara.
Karhutla di Kalimantan Tengah tercatat membakar ±684 hektare lahan hingga (30/8). Status siaga darurat berlaku hingga 20 Oktober 2025.
Karhutla di Kalimantan Selatan sejak Januari hingga 30 Agustus 2025 membakar 438 hektare lahan. Api di Kabupaten Hulu Sungai Selatan seluas 0,7 hektare berhasil dipadamkan.
Kekeringan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, berdampak pada 2.432 KK atau 8.553 jiwa. BPBD telah menyalurkan 20.000 liter air bersih kepada 77 KK atau 283 jiwa.
Karhutla di Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh, menghanguskan sekitar 77 hektare lahan. Api berhasil dipadamkan 98% dengan kondisi cuaca mendung yang cukup membantu.
Banjir di Kabupaten Tanggamus, Lampung, berdampak pada 300 KK, 200 jiwa mengungsi, dan 300 rumah terdampak. Hingga kini banjir belum surut di Desa Negara Batin dan Desa Soponyono.
Banjir di Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, berdampak pada 34 KK. Air yang menggenangi badan jalan dan permukiman warga sudah mulai surut.
Karhutla di Provinsi Riau telah membakar 1.834 hektare lahan sejak awal tahun, dengan tambahan 11,8 hektare pada 30 Agustus 2025. Status transisi darurat diberlakukan hingga 30 November 2025.
Karhutla di Provinsi Jambi hingga 30 Agustus 2025 telah membakar 448 hektare lahan. Prakiraan cuaca menunjukkan kondisi cerah hingga berawan dengan potensi hujan ringan.
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, NTT, masih menimbulkan dampak signifikan. Tercatat 10 jiwa meninggal dunia dan 823 KK atau 3.179 jiwa mengungsi. Kolom asap putih teramati setinggi 50–200 meter dari puncak.
BNPB bersama pemerintah daerah dan lintas instansi terus melakukan monitoring, penanganan darurat, serta pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terdampak. Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto, S.Sos., M.M. menegaskan pentingnya mengutamakan keselamatan warga serta memastikan langkah-langkah penanganan dilakukan cepat, tepat, dan terkoordinasi. (*)