Ketangguhan itu, menurut Pratikno merujuk pada tangguh dalam risiko, tangguh terhadap bencana yang terjadi dan tangguh untuk kembali hidup normal pascabencana. Pada konteks Indonesia, Pratikno menegaskan bahwa manusia Indonesia harus mensyukuri bahwa wilayah nusantara adalah laboratorium hidup terbesar dan paling lengkap di dunia untuk belajar dalam pengembangan inovasi penanggulangan bencana. Latar belakang ini mendorong ajakan komunitas global untuk bersinergi dan berkolaborasi untuk membangun dunia yang lebih baik, khususnya dalam menghadapi bencana.
Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Dr. Suharyanto mengatakan, ADEXCO 2025 ini bertujuan pada tiga hal. Pertama, Suharyanto menyampaikan penyelenggaraan ADEXCO bertujuan untuk meningkatkan kapasitas bangsa dalam menghadapi bencana.
Selanjutnya, tujuan kedua yaitu menggairahkan inovasi, sains dan teknologi anak negeri, serta ketiga, mendorong sinergi global untuk keselamatan umat manusia.
Kepala BNPB juga menyampaikan terima kasih atas kerja sama Kementerian Keuangan, BPDLH, ADPC, ICLEI, MPBI, dan ASSTA, Pemerintah Australia melalui program SIAP SIAGA, serta berbagai pihak lainnya dalam mendukung penyelenggaraan ADEXCO tahun ini.
Hadir dalam pembukaan sejumlah duta besar dan perwakilan delegasi dari 11 negara, kementerian dan lembaga, organisasi non-pemerintah, praktisi Kebencanaan dan pelaku usaha dalam industri kebencanaan.
Sementara itu, konferensi ADEXCO menghadirkan seminar dan diskusi yang mengangkat berbagai tema, di antaranya inovasi pendanaan bencana, operasionalisasi resiliensi berkelanjutan di Kawasan Asia dan Asia Pasifik, inklusi sosial dalam ketahanan iklim dan bencana, ancaman dari tepi pantai serta sinergi teknologi dan kemanusiaan. Sedangkan dalam pameran, ADEXCO menampilkan berbagai terobosan inovasi sains dan teknologi dari berbagai pihak.