JAKARTA, HARIANHALUAN.ID – Proyek inisiatif untuk ketangguhan menghadapi bencana atau IDRIP yang dimulai sejak 2021 lalu telah usai. Dengan berakhirnya dukungan tersebut, BNPB mengharapkan kapasitas lembaganya, BPBD dan masyarakat meningkat dalam menghadapi bahaya gempa bumi dan tsunami.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Dr. Suharyanto pada penutupan Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP), yang berlangsung di Graha BNPB, Jakarta, pada Kamis (30/10). Proyek ini secara khusus memfokuskan pada upaya meningkatkan infrastruktur, peralatan pendukung serta sumber daya manusia (SDM) di daerah-daerah yang memiliki potensi bahaya gempa bumi dan tsunami pada tingkat sedang hingga tinggi.
“Program IDRIP ini telah berlangsung selama 5 tahun, BNPB berharap capaian bersama ini dapat meningkatkan kemampuan pemerintah daerah, khususnya di titik-titik yang diprediksi bisa terjadi gempa bumi dan tsunami yang ada di 34 provinsi dan 30 kabupaten/kota,” ujar Suharyanto.
Kepala BNPB menambahkan, dukungan dari IDRIP tersebut juga dimanfaatkan untuk membantu pembangunan gedung pusat pengendalian operasi atau pusdalops daerah beserta peralatannya.
Di samping itu, Suharyanto mengungkapkan, capaian BNPB lainnya melalui optimasli pemanfaatan IDRIP ini sebagai bentuk komitmen untuk membangun ketangguhan masyarakat. Di hadapan perwakilan kementerian/lembaga, BPBD provinsi, kabupaten dan kota serta Bank Dunia, Kepala BNPB mengatakan, pihaknya telah melakukan pemetaan detail risiko bencana tsunami dilakukan di 156 desa yang tersebar di 26 kabupaten dan 16 provinsi.
BNPB juga membangun data center yang berlokasi di Sentul, Jawa Barat, dengan sertifikasi ANSI/TIA-942-C Facility – Rated 3. Sertifikasi tersebut menempatkan BNPB sebagai satu-satunya institusi pemerintah yang memiliki fasilitasi data center dengan sertifikasi _design_ dan _facility Rated 3_.
Sementara itu, pada aspek peningkatan SDM, sebanyak 1.033 pejabat dan staf dari BNPB dan BMKG memanfaatkan IDRIP untuk mengikuti pelatihan. Angka tersebut telah melebihi target sebelumnya, yakni 800 orang. Selain itu, BNPB mencatat 82,49 persen dari jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pelatihan atau advokasi secara kuantitatif melalui kuisioner merasa siap untuk merespons jika terjadi bencana. Angka ini melebihi target yaitu sebesar 80%.
Melalui IDRIP, Kepala BNPB Suharyanto mengatakan, bantuan Bank Dunia secara khusus mendukung program desa tangguh bencana atau destana. Total destana yang diinisiasi BNPB sebelumnya dan ditambah dengan dukungan IDRIP berjumlah 1.506. Namun demikian, Suharyanto menggarisbawahi ini perlu upaya kolaboratif untuk terus membangun resiliensi berbasis komunitas.
Proyek membangun ketangguhan ini diinisasi pascabencana masif yang terjadi pada 2018 lalu. Pada tahun itu, tiga bencana skala besar terjadi, yaitu gempa bumi Lombok, gempa-tsunami dan likuifaksi di Palu-Donggala, serta tsunami Selat Sunda. Tantangan yang dihadapi saat itu tak hanya infrastruktur dan perangkat penanggulangan bencana yang belum memadai tetapi juga kapasitas sumber daya manusia.
IDRIP diimplementasikan BNPB dan BMKG untuk meningkatan kapasitasnya dari sisi hulu hingga hilir dalam menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami. (*)














