KEBUMEN, HARIANHALUAN.ID – Pada tanggal 15 Maret 2022 lalu, banjir bandang menerjang 13 desa dan 1 kelurahan di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Selain berdampak pada permukiman penduduk, persawahan dan sektor pariwisata, petaka itu juga menyebabkan beberapa jembatan putus. Salah satunya adalah jembatan Weton Kulon di Desa Weton Kulon, Kecamatan Puring.
Sejak terputus, jembatan yang menghubungkan antara Kecamatan Puring dan Kecamatan Buayan itu terbengkalai selama kurang lebih 3 tahun. Warga di kedua wilayah Kecamatan itu harus memutar lebih jauh dan tentunya memakan waktu lebih lama.
Pemerintah Kabupaten Kebumen kemudian mengajukan dukungan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk perbaikan jembatan Weton Kulon, agar akses masyarakat kembali pulih. Melalui Kedeputian Rehabilitasi dan Rekonstruksi (Kedeputian RR), permohonan dukungan itu dikabulkan.
Pada tanggal 8 April, pembangunan kembali jembatan sepanjang 70 meter dengan lebar 7 meter itu pun mulai dilakukan menggunakan dana hibah RR dengan nilai kontrak 14 miliar. Sesuai kontrak, pekerjaan itu ditargetkan rampung pada Desember 2025. Belum sampai bulan Desember, pembangunan jembatan itu rampung. Lebih cepat dua bulan dari perkiraan.
Hari ini, Selasa (4/11), Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Dr. Suharyanto S.Sos., M.M., datang meresmikan jembatan Weton Kulon. Penandatanganan prasasti dan pemotongan pita menjadi tanda jembatan kebanggaan warga setempat kembali berfungsi dan memberikan manfaat.
Dalam sambutannya, Kepala BNPB mengucapkan selamat kepada seluruh warga yang hadir. Mereka menyambut dengan meriah. Semua merayakan peresmian jembatan yang dipersembahkan bagi warga Weton Kulon dan sekitarnya. Akhirnya setelah sekian tahun, warga kembali merasakan manfaat.
“Saya mewakili BNPB ingin mengucapkan selamat, khususnya bagi warga yang selama ini terkena dampak,” ucap Suharyanto.
Suharyanto juga mengatakan bahwa peresmian ini menjadi wujud dan implementasi bahwa pemerintah pusat selalu hadir di tengah warga untuk membantu meringankan beban setelah terdampak bencana.
Momentum itu sekaligus menjadi tindak lanjut arahan Presiden Prabowo Subianto kepada BNPB untuk selalu memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat terdampak bencana. Presiden selalu memberikan amanah bahwa keselamatan masyarakat menjadi hukum tertinggi.
“Peresmian ini adalah bentuk perhatian pemerintah pusat kepada masyarakat,” ungkap Suharyanto.
“Presiden menekankan, untuk urusan masyarakat tidak boleh di nomor dua kan. Harus diprioritaskan,” tambahnya.
Menurut Suharyanto, kinerja BNPB yang paling berat adalah urusan pascabencana. Pemerintah Pusat tidak akan mampu memberikan pelayanan tanpa dukungan dari berbagai pihak.
Peresmian jembatan ini pun menjadi bukti kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, masyarakat hingga komunitas, dalam mendukung pemulihan infrastruktur pascabencana. Tanpa kerja sama yang baik dan terpadu, pekerjaan mungkin akan terasa berat dan pembangunan jembatan dapat terhambat.
“Yang berat adalah pascabencananya. Ini yang perlu kerja sama pusat dan daerah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, komunitas dan media (pentahelix). Karena kalau sudah pasca yang ditangani sangat besar,” jelas Suharyanto.
Selain pembangunan jembatan, BNPB juga dapat membantu dalam kebutuhan lain yang diperlukan masyarakat seperti misalnya pompa air untuk mendukung kehidupan sehari-hari saat musim kemarau tiba. Kepala BNPB mengimbau kepada Pemerintah Kabupaten Kebumen agar mengajukan permohonan dukungan jika memang diperlukan.
“Seperti misalnya sumur bor. Jika pemerintah daerah tidak mampu, maka bisa diajukan ke pemerintah pusat. Sehingga permasalahan bisa ditangani demi masyarakat,” kata Suharyanto.
Pesan Mitigasi dan Kesiapsiagaan
Di hadapan komponen Pemerintah Kabupaten Kebumen dan masyarakat yang hadir, Kepala BNPB juga memberikan pemahaman bahwa bencana tidak dapat dicegah kapan akan terjadi. Akan tetapi, dampaknya dapat dicegah atau minimal dikurangi dengan peningkatan mitigasi dan kesiapsiagaan.
“Kita tidak bisa mencegah kapan terjadinya bencana, tapi kita bisa mengurangi dampaknya,” kata Suharyanto.
Suharyanto kemudian mencontohkan. Wilayah selatan Kebumen menjadi jalur lempeng aktif yang dapat memicu gempabumi dan menimbulkan tsunami. Dengan adanya potensi risiko tersebut, Kepala BNPB meminta agar hal itu disikapi dengan bijak sehingga tidak menimbulkan kepanikan atau ketakutan.
“Kebumen dilalui lempeng. Bukan harus ditakuti. Kapan itu gempa terjadi, tidak ada yang tahu. Tidak ada yang bisa memprediksi kapan itu terjadi. Tapi mitigasi, kesiapan dan kesiapsiagaan harus ditingkatkan agar kita semua terhindar dari dampak mungkin besar,” jelas Suharyanto.
Sebelum mengakhiri, Kepala BNPB mengingatkan kepada seluruh unsur pemerintah daerah dan masyarakat terus mendampingi seluruh pembangunan hingga penggunaan aset yang dibiayai oleh negara. Kepala BNPB berharap semoga yang menjadi niat baik dari negara untuk masyarakat dapat dimanfaatkan dengan baik dalam jangka panjang.
“Tolong setiap pengerjaan dan penggunaan aset ini didampingi. Kita negara hukum. Biar apapun dapat terlaksana dengan baik, transparan dan tidak ada permasalahan ke depannya,” tutup Suharyanto.
Turut hadir dalam peresmian jembatan Weton Kulon; Bupati dan Wakil Kabupaten Kebumen, Sekda Kabupaten Kebumen, Kapolres Kebumen, Dandim 0709 Kebumen, Kepala BPBD Kabupaten Kebumen, Kajari Kebuman, Ketua DPRD Kebumen, Kepala Pengadilan Negeri Kebumen, Kepala BPBD Provinsi Jawa Tengah, Kepala Basarnas Cilacap, Kepala BBWS Yogyakarta dan masyarakat Desa Weton Kulon.(*)














