Ini Alasan Pesantren Al Zaytun tentang Salat Berjarak dan Wanita di Shaf Depan Bersama Pria

INDRAMAYU, HARIANHALUAN.ID– Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Indramayu telah menerima penjelasan dari pimpinan Mahad Al-Zaytun Indramayu, terkait pelaksanaan salat Idul Fitri 1444 H di mahad tersebut yang viral.

Penjelasan itu disampaikan saat sejumlah pejabat Kemenag Indramayu bersilaturahim dengan Pimpinan Mahad Al-Zaytun Indramayu, Syekh Panji Gumilang, di Mahad Al-Zaytun, Rabu (26/4).

‘’Alhamdulillah diterima sangat baik. Kami diterima langsung oleh Syekh Panji Gumilang,’’ kata Kasubag TU Kantor Kemenag Kabupaten Indramayu, Aan Fathul Anwar, saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (27/4).

Aan menyebutkan, ada sejumlah poin yang ditanyakannya kepada pimpinan Al-Zaytun terkait sholat Idul Fitri 1444 yang viral kemarin. Di antaranya, mengenai shaf jamaah yang dibuat berjarak.

Mengenai hal tersebut, Aan menerima penjelasan bahwa pihak Mahad Al-Zaytun mengambil dasar hukumnya dari Alquran Surat Al Mujadalah ayat 11. Yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu…..’’.

Selain itu, disampaikan pula bahwa Islam tidak melarang pelaksanaan salat berjarak. Malah dianjurkan memberikan ruang kepada orang agar jangan terlalu berdesak-desakan.

‘’Saya juga kaget mereka menggunakan (dasar hukum) Surat Al Mujadalah ayat 11. Tapi mungkin tafsiran beliau seperti itu. Kita menghargai tafsiran beliau seperti itu terkait dengan jarak yang digunakan,’’ cetus Aan.

Selain itu, lanjut Aan, pihak Mahad Al-Zaytun juga sangat memperhatikan protokol kesehatan. Di saat pemerintah menganjurkan agar masyarakat tetap memperhatikan protokol kesehatan saat mudik lebaran, Al-Zaytun menerapkannya dan tidak hanya sebatas imbauan.

‘’Jadi memberikan ruang bagi satu sama lain agar merasa nyaman satu dengan yang lain terkait sosial distancing. Protokol kesehatan di Alzaytun memang jadi pilihan mereka sejak awal,’’ terang Aan.

Terkait adanya seorang jamaah perempuan di barisan depan jamaah laki-laki, pihak Kemenag Indramayu mendapat penjelasan, hal itu sebagai bentuk pemuliaan terhadap perempuan.

‘’Jadi perempuan tidak mesti berada di sudut ujung beradanya. Itu pemahaman dia. Dan kami menghargai pemahaman dan pola pikir beliau terkait memuliakan perempuan,’’ cetus Aan.

Bahkan, lanjut Aan, pimpinan Mahad Al-Zaytun malah bertanya balik tentang kesalahan dalam memuliakan perempuan.

‘’Dan perempuan yang ada di samping saya itu perempuan yang sangat saya muliakan sekali. Apakah salah ketika saya memuliakan seorang perempuan?,’’ kata Aan menirukan ucapan pimpinan Mahad Al-Zaytun.

Aan mengaku tidak menanyakan secara langsung kepada pimpinan Mahad Al-Zaytun mengenai identitas jamaah perempuan tersebut. Namun dari informasi yang diperolehnya dari sumber lain, jamaah perempuan tersebut merupakan istri dari Syekh Panji Gumilang.

Aan pun mengaku sudah menyampaikan pernyataan pengurus MUI Pusat, yang menyatakan bahwa salat yang didalamnya bercampur jemaah laki-laki dan perempuan itu merupakan makruh, meski salatnya tetap sah.

Namun, lanjut Aan, pihak Al Zaytun menyatakan bahwa hal itu merupakan sebuah pilihan. Pasalnya, makruh bersifat abu-abu.

‘’Dan salat Id itu sunah. Kenapa yang sunah harus dipermasalahkan?,’’ kata Aan kembali menirukan ucapan pimpinan Mahad Al-Zaytun.

Sementara itu, mengenai adanya dua orang badal di samping imam, Aan menjelaskan, bahwa keduanya dipersiapkan untuk menggantikan imam. Hal itu jika terjadi sesuatu pada imam, yang membuat imam tersebut tidak dapat meneruskan salatnya.

Sedangkan mengenai adanya seorang laki-laki Nasrani yang ikut dalam barisan jamaah salat Id, Aan menyatakan bahwa Mahad Al-Zaytun selama ini menerapkan moderasi yang sangat bagus.

‘’(Seorang Nasrani ditempatkan di barisan depan jamaah salat) itu mungkin menghormati,’’ tutur Aan.

Lebih lanjut Aan menyatakan, Kemenag hanya bisa memberikan arahan dan tidak bisa memaksakan suatu paham atau ajaran yang diyakini kelompok tertentu. Selagi ajaran tersebut tidak menyimpang. Dia mencontohkan, di Indonesia ada NU, Muhammadiyah, Persis, Al Wasliyah, Al Irsyad dan lainnya.

‘’Mereka muslim semua. Kita tidak bisa memaksakan dengan konsep pemahaman keagamaan mereka,’’ tukas Aan.

Aan menambahkan, dalam pembicaraan tersebut juga sempat terlontar pernyataan dari pimpinan Mahad Al-Zaytun bahwa mereka akan membuat kejutan. Namun, kejutan tersebut bersifat positif. ‘’Tidak tahu apa. Katanya wait and see,’’ pungkas Aan. (rol)

Exit mobile version