Membumikan Konsep Wisata Halal

Wisatawan menikmati keindahan alam Nusa Tenggara Barat sebagai destinasi wisata halal terbaik di Indonesia. IST

JAKARTA, HARIANHALUAN.ID — Indonesia berhasil menyabet titel Top Muslim Friendly Destination of The Year 2023 dengan menduduki posisi pertama Global Muslim Travel Index atau GMTI 2023 setelah mengungguli Malaysia. Capaian menjadi modal besar bagi Indonesia untuk merajai wisata halal global.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan, Indonesia patut berbangga dan terus mengembangkan destinasi wisata halal. Sebab, pada tahun ini Indonesia dinobatkan sebagai tujuan destinasi halal urutan pertama di dunia, mengalahkan 140 negara lainnya.

“Di 2023 kita mendapatkan anugerah, Indonesia sebagai destinasi halal di dunia. ini sebuah peluang, sehingga kita bisa memantapkan posisi, mengalahkan 140 negara lainnya,” kata Sandi, dikutip Jumat (3/11)

Sandiaga Uno menyebut penghargaan tersebut menjadi bukti upaya Kemenparekraf bersama seluruh stakeholders dalam mendorong pengembangan wisata halal di Indonesia. Hasilnya pun sangat membanggakan. Wisata halal Indonesia naik peringkat dalam dua tahun terakhir. Setelah menduduki peringkat empat pada 2021, naik menjadi peringkat dua pada 2022, dan peringkat pertama pada 2023.

“Tadinya saya menargetkan di 2025 kita bisa nomor satu, tapi ternyata berhasil di 2023 ini. Tim yang mempersiapkan berhasil mengeksekusi beberapa program-program andalan kita. Sehingga kita pada akhirnya ada di posisi pertama, dan ini merupakan sebuah prestasi,” ujarnya.

Sandiaga menjelaskan, implementasi pariwisata halal di Indonesia tak ditujukan untuk melakukan islamisasi di suatu destinasi wisata terkait, namun sebagai konsep perpanjangan layanan (extension of service) untuk memenuhi kebutuhan wisatawan muslim. “Pariwisata halal ini bukan untuk melakukan islamisasi suatu destinasi wisata, tapi memberikan kenyamanan bagi seluruh wisatawan,” ujarnya.

Selama ini, lanjut Sandiaga, publik salah kaprah mengenai istilah pariwisata halal. Bahkan tak sedikit yang menolak daerahnya dijadikan destinasi pariwisata halal. Penolakan tersebut akibat terbatasnya informasi yang diterima oleh masyarakat.

Prinsip pariwisata halal sedianya merupakan pelayanan atau fasilitas ekstra yang ada di suatu destinasi wisata. Tersedianya makanan bersertifikasi halal, ruang ibadah, dan ramah untuk wisatawan muslim merupakan wujud dari pariwisata halal yang dimaksud.

Capaian itu mesti dimanfaatkan sebagai peluang untuk mengembangkan perekonomian dan keuangan syariah, yang pada akhirnya juga berdampak positif terhadap ekonomi nasional. Salah satu yang potensial digarap ialah di sektor makanan halal.

Sandiaga mengatakan, Indonesia merupakan pasar terbesar untuk makanan halal. Kapitalisasi sektor pangan halal Indonesia disebut hampir menembus US$150 miliar. Karenanya dorongan untuk memperkuat sektor itu diperlukan dan penting.

“Kita akan terus perkuat. Saya sampaikan bahwa peluang kita tersailp sangat dimungkikan kalau kita tidak fokus penguatan mulai dari destinasi, layanan, prioritas kebijakan, terutama yang didorong oleh pemda,” katanya.

Pria yang akrab disapa Sandi ini juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak, terutama Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Halal In Travel, Mastercard CrescentRating dan lainnya. Lewat kolaborasi yang terjalin dengan PPHI Indonesia sukses menyabet dua penghargaan sekaligus, yaitu Stakeholder Awareness Campaign of The Year dari Mastercard CrescentRating GMTI Awards dan Stakeholder Awareness Campaign of the year dari Halal In Travel Awards 2023.

“Terima kasih untuk semua yang telah berjuang bersama, semoga ini bukan hanya dipertahankan tapi ditingkatkan. Kita berharap dari target 8,5 juta wisatawan juga ditopang oleh pariwisata halal dan wisatawan muslim,” ucap Sandi.

Menparekraf berharap, capaian ini bisa semakin mengakselerasi 4,4 juta lapangan kerja di 2024, salah satunya melalui pariwisata halal. “Pariwisata halal ini sangat luar biasa karena penciptaan lapangan kerjanya enam kali lipat lebih banyak memberdayakan masyarakat secara signifikan,” kata Sandi.

Tahun ini, Indonesia dan Malaysia menjadi dua destinasi teratas secara global bagi wisatawan Muslim dalam GMTI 2023.  Laporan tahunan yang kini memasuki tahun kedelapan ini menganalisis data dari hampir 140 negara untuk memberikan pemahaman komprehensif tentang destinasi mana yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan segmen wisata halal yang semakin berpengaruh.

Segmen pasar wisata halal adalah sebuah demografi yang memiliki potensi besar di seluruh dunia. Menurut GMTI, segmen pasar wisata halal adalah sebuah demografi yang punya potensi besar di seluruh dunia.

Kriteria pemeringkatan GMTI didasarkan pada “CrescentRating model ACES,” yang diresmikan dalam laporan GMTI 2017. Model ACES mencakup empat bidang utama guna memungkinkan destinasi menarik lebih banyak pelancong Muslim.

Pertama, kemudahan akses ke tempat tujuan, yang memengaruhi 10 persen skor penilaian. Ini meliputi kebijakan visa, persyaratan masuk wilayah tersebut, konektivitas, transportasi, dan infrastruktur. Lalu, komunikasi internal dan eksternal oleh destinasi wisata. Memengaruhi 20 persen skor penilaian, poin ini termasuk pemasaran destinasi, kecakapan komunikasi, dan kesadaran pemangku kepentingan.

Ketiga, situasi di tujuan perjalanan. Mengisi 30 persen skor penilaian, faktor ini meliputi keamanan, batasan keyakinan warga lokal, kedatangan pengunjung, iklim yang mendukung, serta praktik keberlanjutan.

Terakhir, layanan yang disediakan tujuan wisata halal dengan beban 40 persen skor penilaian. Ini termasuk kebutuhan pokok, seperti makanan halal dan fasilitas salat, layanan utama di hotel dan bandara, serta pengalaman unik.

Sementara itu, jumlah kedatangan wisatawan Muslim mencapai 110 juta pada tahun 2022 dan diperkirakan bakal meningkat menjadi 140 juta pada tahun ini. Indonesia dan Malaysia, yang mendapatkan skor yang sama dalam indeks tahun ini, telah lama menjadi destinasi populer bagi wisatawan Muslim. (h/sdq)

Exit mobile version