“Saya berterimakasih kepada FJPI karena mengundang saya sebagai juri untuk menilai 66 video yang ada sampai kita menemukan yang terbaik. Karena saya percaya semua perempuan pernah mengalaminya dari mulai cat calling , di-bully di internet, bodyshaming sampai yang benar benar sifatnya kekerasan. Bukan hanya harrashment yang verbal,” jelasnya.
Oleh karena itu, tambahnya, edukasi masyarakat tentang bahaya kekerasan seksual terhadap perempuan sangat penting. Salah satu cara yang bisa dilakukan jurnalis adalah dengan membuat video pendek yang efektif dan memberikan informasi yang tepat.
“Jadi kita semua harus saling bahu membahu dengan rekan rekan non perempuan kita supaya bisa sama sama mengerti paham dan sama sama melawan. Kita harus mengedukasi publik dengan film-film pendek tapi efektif dan bisa memberikan informasi yang tepat. Sehingga bisa menimbulkan rasa keberanian dan menumbuhkan rasa kompak bahwa kita harus saling membela,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Umum FJPI, Uni Lubis, mengapresiasi seluruh peserta yang ikut dalam lomba konten video anti kekerasan seksual terhadap perempuan.
“Sebanyak 66 karya video telah dibuat jurnalis perempuan. Saya salut dengan angle yang diambil beragam. Apalagi mayoritas menggunakan data yang benar dari Komnas Perempuan,” ujarnya.
Namun, kata Uni, video-video tersebut harus dipilih tiga terbaik yang memiliki nilai sesuai kriteria yang diinginkan dalam lomba tersebut.














