JAKARTA, HARIANHALUAN.ID – BNPB menggarisbawahi langkah-langkah proaktif untuk melakukan mitigasi risiko, memperkuat pencegahan dan resiliensi. Pesan ini mengakhiri gelaran Global Forum for Sustainable Resilience (GFSR) yang diselenggarakan di Jakarta pada hari ini, Kamis (12/9).
Pesan tersebut disampaikan Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Dr. Raditya Jati ketika menutup acara internasional yang dihadiri ratusan peserta secara daring dan luring. Ungkapan ini tidak hanya ditujukan kepada masyarakat Indonesia tetapi juga dunia, seperti seruan Indonesia pada Global Platform for Disaster Risk Reduction ke-7 di Bali.
“Ini menggarisbawahi keharusan langkah-langkah proaktif untuk memitigasi risiko, memperkuat upaya pencegahan dan meningkatkan resiliensi,” ujar Raditya.
Deputi Bidang Sistem dan Strategi menyampaikan, GFSR kedua ini membahas gagasan dan berbagi pengalaman untuk menyusun kerangka kerja resiliensi berkelanjutan. Di samping itu, kegiatan yang berbarengan dengan pameran kebencanaan, ADEXCO, sekaligus untuk memperingati 20 tahun tsunami Aceh yang terjadi pada Desember 2004 silam.
“GFSR kedua ini menjadi tonggak penting pencapaian dan refleksi serius yang menandai peringatan 20 tahun tsunami Samudra Hindia,” tuturnya.
Raditya mengatakan peringatan tersebut bertujuan sebagai pengingat kepada seluruh masyarakat tentang dampak bencana yang sangat menghancurkan. Peringatan ini sekaligus untuk mengevaluasi dan memetik pembelajaran atas pencapaian selama dua dekade terakhir.
“Sangat penting, ini memberikan kesempata untuk menilai evolusi pendekatan nasional dan regional terhadap manajemen risiko bencana, seiring dengan meningkatnya kebutuhan untuk memasukan paramenter risiko sistemik ke dalam perencanaan dan pemikiran ke depan,” tambah Raditya.
Saat masyarakat global berhadapan dengan tantangan yang kompleks dan saling terkait, konsep resiliensi berkelanjutan menawarkan kerangka kerja yang menjanjikan untuk membentuk masa depan dan manfaat yang lebih baik untuk penanggulangan bencana.
GFSR yang berlangsung 11-12 September 2024 ini dihadiri dengan total peserta 300 orang secara luring dan lebih dari 400 lainnya melalui daring. Jumlah tersebut di antaranya para narasumber dari pemerintah, lembaga PBB, Forum Pengurangan Risiko Bencana, pakar dan lembaga non-pemerintah.
Pada akhir penutupan, Raditya mengapresiasi dan berterima kasih kepada Asia Disaster Management and Civil Protection Expo & Conference (ADEXCO) sebagai acara tahunan yang bertujuan untuk meningkatkan ketangguhan berkelanjutan dalam sektor penanggulangan bencana dan perlindungan sipil, Pemerintah Australia, melalui SIAP SIAGA, Sekretariat ASEAN, Uni Eropa, dan berbagai pihak lainnya atas dukungan penyelenggaraan GFSR kedua tersebut. Selain GFSR, dua agenda masih akan berlangsung pada 13 – 14 September 2024 di tempat yang sama. Kegiatan tersebut berupa workshop yang diselenggarakan oleh USAID dan ICLE. (*)