SOLOK SELATAN, HARIANHALUAN.ID – Dalam balutan gemuruh Hall Bulutangkis All Star Lima Puluh Kota, aroma persaingan mewarnai laga sengit antara tim beregu Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Solok Selatan dan PWI Kabupaten Solok, Sabtu (21/6/2025).
Di ajang bergengsi Pekan Olahraga Wartawan Provinsi (Porwaprov) Sumatera Barat Bank Nagari Open 2025, drama menegangkan tersaji dengan kisah epik dari sang Kapten, Hendrivon.
Pertandingan dimulai dengan penuh harapan ketika pasangan ganda putra PWI Solok Selatan, Hendrivon dan Yogi, tampil gemilang di partai pembuka.
Melawan pasangan tangguh dari PWI Kabupaten Solok, Whitelem dan Bustamam, keduanya memperlihatkan pertarungan yang penuh determinasi. Kejar-mengejar angka di sepanjang pertandingan membuat tensi laga meninggi.
Pada set ketiga babak pertama, sang kapten menunjukkan kelasnya. Dengan pukulan-pukulan tajam dan kerja sama apik bersama Yogi, mereka berhasil menundukkan lawan dengan skor ketat 21-18. Skor 1-0 untuk keunggulan Solok Selatan.
Laga dilanjutkan ke Babak ke dua. Pergantian formasi mempertemukan Medriadi dan Yogi kembali dengan Whitelem-Bustamam.
Sayangnya, kali ini keberuntungan menjauh. Kesalahan-kesalahan kecil dibayar mahal. Skor imbang 1:1 menyudahi babak ke-2 pun tak terhindarkan.
Babak penentuan dilanjutkan dengan pertandingan tunggal putra. Di sinilah cerita heroik Hendrivon berlanjut. Kekurangan jumlah atlet, Hendrivon kembali maju. Meskipun baru saja turun di partai ganda dan kondisi fisik mulai terkuras.
Sebagai ketua PWI Solok Selatan, Hendrivon tampil seorang diri menghadapi tunggal Kabupaten Solok. Membuktikan bahwa seorang pemimpin sejati berdiri di garis depan saat timnya butuh.
Meski telah lima tahun tidak memegang raket secara kompetitif, Atlet Porwanas PWI Sumbar ini tidak gentar. Ia mengimbangi permainan lawan dengan pukulan-pukulan cerdas dan pergerakan taktis.
Namun, fisik yang mulai melemah akhirnya memaksanya menyudahi perjuangan dengan skor akhir 1-2 untuk kemenangan Kabupaten Solok.
Langkah tim beregu PWI Solok Selatan pun terhenti. Meski begitu nama Hendrivon justru menjelma sebagai simbol semangat, dedikasi, dan keberanian.
“Saya sudah prediksi ini akan berat. Tapi sebagai ketua, saya tidak boleh hanya menonton dari bangku cadangan. Tim ini butuh pemain, saya maju. Saya ingin tunjukkan bahwa kita tidak datang untuk menyerah,” ujar Hendrivon usai pertandingan, dengan nafas masih terengah namun mata berbinar.
“Kita kalah hari ini, tapi kita sudah berikan yang terbaik. Saya bangga dengan tim ini. Dan insya Allah, kita akan kembali lebih kuat,” tambahnya.
Kekalahan memang menyakitkan, tapi perjuangan seperti ini tak akan pernah sia-sia. Di balik skor akhir, tersimpan kisah tentang keberanian, kepemimpinan, dan semangat pantang menyerah yang akan terus hidup di hati para wartawan, di catatan sejarah Porwaprov, dan tentu saja, di jiwa Hendrivon sang kapten. (*)