“Sepuluh atlet itu kami bantu transportasinya pulang-pergi (PP). Mereka juga mendapat pakaian dan uang saku, meski tidak penuh. Sedangkan untuk akomodasi dan transportasi di venue, itu sudah ditanggung panitia. Jadi, dukungan kami lebih difokuskan pada hal-hal yang masih memungkinkan dalam aturan,” katanya.
Dedy menambahkan, untuk kontingen lainnya yang berangkat secara mandiri, Dispora menyiapkan dukungan nonfinansial berupa pakaian training dan jaket kontingen. Total sekitar 300 orang atlet difasilitasi dalam bentuk perlengkapan tersebut. “Artinya, dukungan kami tetap ada, walaupun bukan dalam bentuk biaya perjalanan. Ini akibat adanya penyesuaian aturan keuangan daerah,” tutur Dedy.
Lebih lanjut, Dedy mengakui bahwa kemampuan keuangan daerah tahun ini memang tidak cukup menanggung seluruh kebutuhan kontingen. Oleh karena itu, proses seleksi dan pemberangkatan atlet diserahkan pada masing-masing pengurus cabang olahraga (pengprov).
“Kalau lewat anggaran pemerintah, pasti harus ada seleksi ketat, karena dananya terbatas. Tapi karena tahun ini banyak atlet yang ikut secara mandiri lewat pengprov, jumlah yang berangkat justru lebih banyak,” katanya.
Ia menyebut, pada tahun 2023, keberangkatan kontingen Sumbar juga didukung oleh Badan Pembina Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia (Bapopsi) dan KONI Sumbar. Namun, tahun ini kondisi keuangan kedua lembaga itu juga tidak memungkinkan memberi bantuan signifikan. “Tahun ini KONI juga sedang fokus dengan kegiatan PON Beladiri. Jadi wajar kalau bantuan dari sana juga terbatas. Semua pihak sebenarnya sudah paham kondisi ini,” ujarnya.
Meski dihadapkan pada keterbatasan, Dedy menegaskan pihaknya tetap berkomitmen melanjutkan pembinaan atlet usia dini. Ia berharap kolaborasi antara Dispora dan KONI Sumbar bisa lebih efektif pada tahun-tahun mendatang, terutama dengan kepengurusan KONI Sumbar yang baru.