Dua tahun di Bolder Dumai, lanjut Anton, dirinya kemudian pindah Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, dan sekolah di SMP 1 Rengat, karena ayahnya juga pindah ke Pelabuhan Rengat.
Selama di Rengat, ia bergabung dengan PS POP (binaan Polres Indragiri Hulu). Selama di PS POP, dirinya selalu diikutkan pelatih untuk setiap turnamen sepakbola lokal antar Kabupaten Inhu.
“Wakapolres Indragiri Hulu yang ketika itu dijabat Mayor Pol Soni, senang melihat saya bermain. Bahkan, beliau pernah menawarkan saya untuk menjadi anggota Polri setelah tamat SMP. Tapi saya tidak mau, karena saya masih ingin main sepakbola dan melanjutkan sekolah. Tahun 1984, saya bersama keluarga pulang kampung ke Padang dan masuk SMA 1 Padang,” ujarnya.
Di Kota Padang, Anton gabung dengan PS Mangkudum dan ikut kopetensi PSP Padang Tahun 1985 yang diselenggarakan di Lapangan Imam Bonjol, dengan pertandingan pertama melawan PS Angkatan Darat (PSAD). Anton kala itu, adalah pemain inti PS Mangkudum bersama Indra Syafri, pelatih Timnas Indonesia sejumlah kelompok umur. Pada pertandingan pertama, Anton pun langsung dipantau PSP Padang.
Anton pun lolos seleksi PSP Padang dan mengikuti kopetensi Divisi Utama PSSI yang saat itu disisi oleh klub-klub sepakbola terbaik, seperti Persib Bandung, Persiraja Banda Aceh, Persipura, PSM Makasar, Persebaya, PS Bengkulu, dan PSIS Semarang.
“Saat gabung PSP, umur saya masih 18 tahun. Dari semua pemain, saya yang paling kecil,” katanya.
Satu musim memperkuat PSP Padang di Divisi Utama, pada 1986 Anton mengikuti latihan untuk persiapan Porda Sumbar mewakili Kota Padang. Di hari pertama latihan, tiba-tiba Pelatih Kepala Semen Padang FC, Suhatman Imam yang sebelumnya adalah pelatih kepala PSP Padang, datang menghampiri sejumlah pemain Porda.