“Kita pacukan sebanyak dua nomor, yaitu kelas kampung dan ras. Pada partai final kelas kampung, juaranya adalah anjing bernama Upiak Banun. Sedangkan pada kelas ras, juaranya adalah anjing bernama Roy yang berasal dari Bukik Ambacang,” kata dia.
Jimmy menjelaskan, kejuaraan pacu anjiang merupakan kegiatan turunan dari olahraga buru babi yang memang banyak digemari dan bisa ditemukan di seluruh penjuru Sumatra Barat.
Ia mengungkapkan, kejuaraan tersebut telah diselenggarakan setiap Sabtu sejak tiga Minggu belakangan di Gelanggang Pacuan Kuda Bukik Ambacang.
Kendati semula dijadwalkan dilaksanakan selama dua Minggu. Namun, menurut Jimmy, pelaksanaan harus diperpanjang menjadi tiga minggu akibat kondisi lintasan arena yang tidak memungkinkan lantaran tergenang hujan.
“Namun Alhamdulillah pada akhirnya kejuaraan pacu anjiang, Bukik Lurah Dog Open Race kali ini berjalan dengan sukses dan lancar. Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh peserta yang telah menyempatkan diri untuk hadir dalam alek nagari kami,” tuturnya.
Diketahui, kendati dihuni oleh penduduk yang mayoritas beragama Islam dan menjunjung tinggi falsafah Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah atau ABS-SBK. Namun hewan anjing dikenal memiliki peran tersendiri dalam budaya dan tradisi masyarakat agraris Minangkabau.
Selain di pacukan ataupun dijadikan sebagai hewan penjaga rumah, kebun ataupun ladang, anjing peliharaan juga dimanfaatkan sebagai pengendali hama babi, yang menjadi hama di banyak lahan pertanian dan perkebunan.














