HARIANHALUAN.ID – Program pronasa khususnya sepak bola hendaknya terus bergulir ke seluruh penjuru nagari, guna menggali segala potensi besar yang mungkin belum dapat kesempatan untuk tampil.
Hal itu ditegaskan Direktur Teknik PSSI, Indra Sjafri. Ia mengaku, turnamen Bupati Cup U-12 Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, layak dijadikan percontohan untuk pencarian bibit pemain nasional.
Selain itu, kompetisi antar siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Sepak Bola (SSB) dan akademi se-Indonesia itu sejalan dengan usulan PSSI, yang memasukkan sepak bola dalam kurikulum 2019 yang kini draftnya telah ditangan Presiden Joko Widodo.
“Saya tidak menyangka Pesisir Selatan telah memulainya. Ini akan saya sampaikan pada Menteri Pemuda dan Olahraga,” katanya ketika membuka Bupati Cup U-12 di Painan.
Turnamen yang bertemakan perpaduan Program Nagari Bersekolah (Pronasa) dan Sport and Tourisme itu diikuti lebih dari 80 tim dari seluruh Indonesia, dengan 40 tim adalah tuan rumah.
Ia melanjutkan, menjadikan sepak bola sebagai bagian dari kurikulum pendidikan merupakan sesuatu yang mendesak untuk Indonesia bisa melahirkan bibit pemain handal. Apalagi, Indonesia kini telah memperbarui filanesia sebagai filosofi yang dianggap cocok dijadikan pondasi dan karakter sepak bola tanah air.
Karena itu, selain kebutuhan mendesak, gerakan sepak bola masuk menjadi bagian dari kurikulum sekolah perlu dilakukan secara masif guna melahirkan atlet berkualitas.
Gerakan ini butuh dukungan dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan seluruh kepala daerah, mulai dari provinsi hingga kabupaten/kota maupun pemangku kepentingan lainnya.
“Bahkan 10 besar dari negara rangking FIFA merupakan negara yang memiliki kurikulum sepak bola di sekolahnya,” kata pria yang kini didaulat menjadi pelatih Timnas U-23.
Dirinya optimis jika gerakan itu dimulai sejak dini Indonesia memiliki peluang untuk masuk jajaran 10 besar dunia, mengingat bangsa ini memiliki potensi generasi muda yang sangat besar.
Ia berharap Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan menjadikan turnamen seperti ini sebagai agenda rutin, sehingga daerah berjuluk ‘Negeri Sejuta Pesona itu’ terus melahirkan pemain berstandar nasional.
Pronasa, khususnya sepak bola hendaknya terus bergulir ke seluruh penjuru nagari guna menggali segala potensi besar yang mungkin belum dapat kesempatan untuk tampil. Sejak dulu kabupaten yang menjadi beranda Selatan Ranah Minang itu, selalu melahirkan insan sepak bola berskala nasional, mulai dari pelatih hingga pemain.
“Keberhasilan Pessel ini dibidang sepak bola sudah dianggap dan tradisi ini mesti dilestarikan, karena daerah punya potensi besar dan didukung kepala daerah yang komit dengan kualitas sumber daya manusia, termasuk atlet,” ucapnya. (*)