Surat Terbuka Untuk Bupati Solok Terpilih

HARIANHALUAN.ID – Foto ini diambil pada penghujung Bulan Februari 2018. Persis kala Koni Kabupaten Solok dan olahraga di Bumi Markisa ini berada pada masa keemasannya.

Kala itu, Bumi Bareh Tanamo ini larut dalam euforia porprov di Kabupaten Padang Pariaman menghantarkan Kabupaten Solok bertengger pada posisi empat besar. Sebuah perjuangan nan tak mudah untuk mencapai posisi itu. Derai tawa dan air mata, menghiasi setiap keringat perjuangannya.

Banyak mimpi dan harapan setelahnya, terutama untuk kejayaan olahraga dan melawan hegemoni Kota Padang yang selama ini mendominasi kancah olahraga Sumbar.

Koni bekerja keras mengaransemen ulang semua sistem agar mendapatkan harmonisasi yang menyejukkan bagi insan olahraga Kabupaten Solok. Semuanya disusun sistematis, mulai dari program pembinaan hingga anggaran pendukung. Semua larut dalam harapan dan mimpi indah.

Namun semua sirna. Kami terbangun dari mimpi. Mimpi yang tak seindah Semuanya tersentak. Pilkada 2019 bergulir dan melahirkan pemimpin baru. Pemimpin yang menyimpan dendam tak berkesudahan. Asda-Pandu berkuasa. Para pembisik merajalela menebar virus kebencian.

Koni yang menjadi induk organisasi olahraga menjadi sasaran tembak di tahun pertama. Anggaran yang sudah diplot pada APBD Perubahan 2019 dan APBD 2020 lenyap tanpa sisi alias Nol di tangan Bupati terpilih.

Awalnya kami bersama insan olahraga di Kabupaten Solok menaruh harap. Pasalnya, sang Wakil Bupati Jon Firman Pandu adalah bagian dari keluarga besar Olahraga Kabupaten Solok sebagai salah satu ketua cabang olahraga. Namun tak genap 100 hari, sang wabup pun dibuat non job bersama puluhan pejabat lainnya.

Hampir 1.500 Tenaga Harian Lepas (THL) dipecat dengan dalih efisiensi anggaran. Namun bak tsunami, rombongan tim sukses malah menggantikannya. Banyak mereka yang tak berdosa “dibantai”. Termasuk puluhan atlet nan mendapat reward atas prestasinya, meski hanya diangkat menjadi THL oleh bupati sebelumnya.

Saya tak mengerti, dendam apa yang tersimpan di benaknya, sehingga menghancurkan berjuta mimpi generasi muda yang bertahun-tahun menempa diri untuk dapat prestasi terbaik. Dendam kesumat apa yang ada dalam hati rezim ini, jangankan kucuran anggaran dana, sampai plang merek sekretariat KONI nan tak berdosa pun jadi korban. Semua dibongkar tanpa sisa. Olahraga Kabupaten Solok luluh lantak dibuatnya. KONI dibunuh, beserta semua pengikutnya..!!!

Tak pernah ada klarifikasi, tak pernah ada dialog, tak pernah ada musyawarah. Berbagai upaya mediasi hanya berujung jalan buntu. Ratusan atlit bak anak ayam kehilangan induk. Ada nan gantung sepatu, ada pula nan memilih hijrah untuk melanjutkan harapannya di daerah lain.

Empat tahun sudah dia berkuasa. Empat tahun biduk olahraga di daerah ini dilamun gelombang tanpa arah. Tak tahu kemana menggapai. Sementara kapal besar itu hanya tersenyum sinis. Mereka merasa menang besar. Para penjilat pun riang gembira.

Kini angin semilir “hampir” menghantarkan biduk ini ke tepian. Bupati terpilih pun hadir. Meski belum dilantik dan belum ditetapkan oleh KPU, namun dari hasil hitungan cepat, sudah nampak hasilnya. Jon Firman Pandu-Candra menang telak di 13 dari 14 kecamatan di Kabupaten Solok.

Harapan-harapan yang dulu hilang, kini muncul lagi bersama tumbangnya rezim Chinangkiak oleh amarah rakyat. Harapan untuk kembali bangkit dan berjaya dalam suasana sejuk dan damai sesuai dengan tagline pemimpin terpilih. Harapan untuk segera menyudahi segala dendam.

Kepada Bupati dan Wakil Bupati Terpilih Jon Firman Pandu- H. Candra, kami menaruh harap untuk mengumpulkan kembali beras nan berserak. Menjemput kembali anak ayam nan kehilangan induk. Mewujudkan lagi mimpi Ratusan atlet yang ada di daerah ini.

Badai telah berlalu. Hentikan tukang kipas, matikan puntung nan masih menyala. Api padam puntung hanyut.

Ingat, Anda besar karena banyak orang yang membesarkan, bukan karena segelintir orang.!!. Pun demikian dengan daerah ini, mambangkik batang nan “Terbenam” ini butuh banyak orang. Tolong instal ulang sistem nan telah mati itu.!!

Tulisan ini hanya sekedar coretan-coretan kecil di dinding GOR nan tak terawat. Goresan di lembaran matras yang mulai robek. (*)

Oleh: Wandi Malin

Exit mobile version