Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa kemajuan tanpa memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan hanya akan menghasilkan ketidakadilan, dan kita harus belajar dari masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Antara Teknologi dan Nilai-Nilai Budaya
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan vokasi memang perlu menyesuaikan diri dengan tuntutan global yang memerlukan keterampilan praktis, teknologi canggih, dan inovasi.
Dunia usaha dan dunia industri terus bergerak cepat dengan teknologi terbaru yang memerlukan tenaga kerja siap pakai yang adaptif. Namun, jika pendidikan vokasi hanya difokuskan pada keterampilan teknis tanpa memperhatikan nilai-nilai lokal, ada risiko hilangnya identitas budaya yang telah menjadi ciri khas masyarakat.
Adat dan agama merupakan dua hal yang sangat dijunjung tinggi di Sumatera Barat. Prinsip ABS-SBK yang berarti “adat bersendikan syariat, syariat bersendikan Al-Qur’an” menunjukkan bagaimana masyarakat Minang menempatkan agama Islam sebagai dasar dalam melaksanakan adat.
Dalam konteks pendidikan vokasi, nilai-nilai ini menjadi pedoman dalam membentuk etos kerja, kedisiplinan, dan kejujuran di dunia kerja.
Selain itu, pengintegrasian nilai-nilai budaya dan agama dalam kurikulum vokasi akan menciptakan lulusan yang tidak hanya unggul dalam keterampilan teknis, tetapi juga memiliki moralitas yang tinggi, tangguh dalam menghadapi tantangan, dan berkomitmen pada prinsip-prinsip hidup yang lebih luas.
Keterampilan Teknis dengan Kearifan Lokal
Upaya memperkuat citra pendidikan vokasi di Sumatera Barat harus memperhatikan kearifan lokal yang melekat kuat dalam budaya Minang. Kearifan ini meliputi penghargaan terhadap nilai-nilai kekeluargaan, gotong royong, serta tanggung jawab sosial dan moral.