Maulia Usni, SP., MP (199903232024062001)
mauliausni1@gmail.com
Dosen Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi telah memproyeksikan kehadiran lembaga Pendidikan Vokasi memiliki karakteristik sendiri. Berdasarkan pasal 16 dijelaskan bahwa Pendidikan Vokasi bermaksud dalam menyiapkan mahasiswa untuk pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu.
Hal demikian mengartikan bahwa lulusan Pendidikan Vokasi secara praktis memiliki kompetensi sebagai seorang profesional dengan keahlian tertentu sesuai dengan spesialisasinya.
Sekalipun hari ini ada banyak pandangan yang mendorong mahasiswa untuk menjadi pengusaha (entrepreneur) sebagai pembuka lapangan kerja, namun preferensi untuk menjadi seorang pengusaha atau pekerja profesional (professional employee) adalah dua pilihan yang sama pentingnya untuk diperhatikan.
Dunia kerja merupakan saluran yang sangat penting bagi lulusan baru (fresh graduate) Pendidikan Tinggi Vokasi. Secara praktik, dunia kerja tidak hanya sebagai ruang bagi lulusan baru untuk bekerja dan berkontribusi secara profesional, tetapi juga sebagai pengembangan potensi mereka secara berkelanjutan.
Dunia kerja semakin hari semakin memiliki tantangan dan kompetisi yang kompleks, diantaranya adaptasi perkembangan teknologi dan dinamisasi kebutuhan industri. Kompleksitas tersebut secara tidak langsung menuntut lulusan baru untuk memiliki keterampilan tambahan seperti kemampuan adaptasi teknologi, manajemen waktu, dan komunikasi efektif.
Tenaga kerja mesti membekali diri dengan kompetensi yang mengintegrasikan antara kemampuan teknis (hardskill) dan kemampuan nonteknis (soft skill). Dengan begitu lulusan baru ketika memasuki dunia kerja akan menjadi tenaga kerja yang terampil dan terlatih. Tenaga kerja yang terlatih akan berkontribusi dalam peningkatan nilai tambah (Hanafi, I. 2012).
Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menaruh perhatian tinggi terhadap Vokasi. Saat ini terdapat 3 lembaga Pendidikan Tinggi Vokasi negeri di Sumatera Barat terdiri dari Politeknik Negeri Padang (PNP), Universitas Negeri Padang (UNP), dan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh (PPNP).
Ketiga lembaga Pendidikan Tinggi Vokasi ini berjalan dengan kekuatan kompetensinya masing-masing, seperti UNP dengan keahlian teknologi dan kearsipannya, PNP dengan teknokrasi dan administrasinya, serta PPNP dengan keahlian spesifik pertaniannya.
Apa yang terdapat hari ini pada lembaga Pendidikan Tinggi Vokasi di Sumatera Barat setidaknya telah mampu menjawab kebutuhan dunia kerja multi-sektor, baik yang bergerak di bidang industri, teknologi, dan pertanian.
Adapun hal yang menyisakan persoalan adalah sejauh mana keberadaan Pendidikan Tinggi Vokasi di Sumatera Barat mampu menyiapkan mahasiswa yang berdaya saing serta menjangkau lebih luas pasar kerja.
Persoalan ini tentu saja mesti disikapi dengan kolaborasi strategis antar PTV Sumatera Barat bersama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
Dinas Tenaga kerja di Provinsi Sumatera Barat menyampaikan bahwa pada tahun 2024 kondisi tenaga kerja di Sumatera Barat mengalami penurunan kualitas, dimana masih memiliki beberapa kendala diantaranya yaitu rendahnya kualitas pendidikan dan keterampilan bagi pencari kerja, tidak adanya Link and Match antara Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) serta Dunia Usaha Dunia Akademik (DUDA).
Hal ini tentu menjadi polemik dalam keberlanjutan kualitas tenaga kerja di masa yang akan datang. Dalam hal ini maka Pendidikan Tinggi Vokasi Sumatera Barat pun turut berperan dalam menuntaskan persoalan ini serta mencari formulasi yang tepat untuk menjawab tantangan yang ada.
Menyambut Tantangan Dunia Kerja di Era 5.0
Dinamika dunia kerja di era 5.0 saat ini berfokus pada integrasi teknologi dengan keahlian manusia. Keselarasan antara AI, IoT, dan teknologi robotik dengan kemampuan manusia secara manajerial menjadi keniscayaan untuk mendorong perkembangan sistem produksi yang lebih efisien, fleksibel, berkelanjutan.
Lebih lanjut, era Society 5.0 setidak-tidaknya menuntut manusia untuk menguasai 4 keterampilan dasar untuk mengupayakan manusia sebagai pengendali teknologi, yaitu kreatifitas (creativity), kemampuan berpikir kritis (critical thinking), komunikasi (communication), dan kolaborasi (collaboration).
Empat keterampilan dasar tersebut penting untuk dipersiapkan sejak sekarang dalam menyambut tantangan dunia kerja ke depan. Semua pihak memiliki peran tanggung jawab masing-masing untuk mengatasinya, mulai dari mahasiswa sebagai calon lulusan terapan, pihak lembaga Pendidikan Tinggi Vokasi, hingga Pemerintah.
Upaya dalam menyikapi tantangan di atas diperlukan penyelesaian yang komprehensif dengan melihat aspek persoalan serta resolusi masalah secara holistis. Jika diklasifikan berdasarkan sifatnya, maka upaya dimaksud dapat dijawab dengan dua tantangan.
Pertama, Tantangan Internal. Tantangan internal berasal dari dalam yaitu lembaga Pendidikan Tinggi Vokasi dan mahasiswa. Baik lembaga Pendidikan Tinggi Vokasi maupun mahasiswa harus mampu melakukan transformasi pembelajaran yang tidak hanya terbatas pada pembelajaran teoritis berdasarkan kurikulum, namun perlu dilakukan sesuatu yang bernilai inovasi dan kreasi.
Salah satu medianya adalah dengan mengoptimalkan Pembelajaran Berbasis Proyek (project based learning). Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah. Model ini sangat relevan terhadap kebutuhan dinamika dunia kerja kedepan yang berbasis pada keterampilan mahasiswa.
Kedua, Tantangan Eksternal. Tantangan eksternal berasal dari luar yaitu kebijakan pemerintah. Pemerintah dengan kewenangan hubungan antar lembaga yang dimilikinya mesti mengupayakan tantangan dunia kerja di era 5.0 dengan memperkuat kerja sama dengan pihak industri.
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat maupun lembaga Pendidikan Tinggi Vokasi yang ada saat ini sudah saatnya memiliki pandangan sama dalam rangka memperkuat citra Pendidikan Vokasi di Sumatera Barat.
Dengan citra yang telah terbangun kuat, maka akan berdampak pada persepsi dunia kerja yang terbangung secara positif terhadap Sumatera Barat. Setidaknya ini adalah modal awal yang perlu dicermati khususnya di era Society 5.0.
Langkah dan terobosan yang sudah dicapai Pendidikan Tinggi Vokasi di Sumatera Barat saat ini cukup baik, terutama dalam aspek penerapan metode pembelajaran PBL. Di Politeknik Negeri Padang terdapat program Talent Scouting Academy (TSA) yang berhasil mengintegrasikan delapan program studi dengan latar belakang keilmuan berbeda dalam satu proyek yang sama.
Kemudian di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh (PPNP) juga turut aktif dalam kompetisi inovasi teknologi di bidang pertanian, seperti program Lomba Smart and Precision Farming yang diselenggarakan oleh Polinela berhasil mengantarkan mahasiswa PPNP sebagai juara kategori Skilled.
Di sisi lain Sekolah Vokasi UNP terus gencar mengadakan program kemitraan dan kerja sama baik dalam negeri maupun luar negeri untuk mendorong transformasi kualtias Pendidikan Vokasi di Sumatera Barat.
Dengan demikian, kesiapan Pendidikan Vokasi di Sumatera Barat dalam mendorong keterampilan mahasiswa berdasarkan kemampuan teknis dan non teknis serta peran Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam menggiatkan kerja sama antar lembaga merupakan dua kunci yang saling memengaruhi prospek ke depan dalam rangka menghadapi dinamika dunia kerja di era Society 5.0.
Selain itu pendidikan Vokasi Sumatera Barat yang memiliki tanggung jawab utama sangat berpotensi untuk mampu menghadapi tantangan ke depan tentunya dengan semangat inovasi dan kolaborasi yang berkelanjutan. Pendidikan Vokasi Sumbar bisa! (*)