Oleh: Dhimas Wahyu Pradana (Mahasiswa Magister PPKn Universitas Negeri Padang)
Sampah plastik telah menjadi salah satu tantangan paling mendesak dalam abad ke-21, dengan dampaknya yang merambah seluruh penjuru dunia. Sebagai negara kepulauan terbesar, Indonesia berada di garis depan menghadapi masalah ini. Menurut laporan Ocean Conservancy (2022), Indonesia menyumbang lebih dari 10% limbah plastik yang mencemari laut dunia. Keadaan ini tidak hanya membahayakan keanekaragaman hayati laut tetapi juga memberikan tekanan besar pada masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada laut.
Masalah ini berakar pada berbagai faktor, termasuk pola konsumsi masyarakat dan infrastruktur pengelolaan limbah yang belum memadai. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa sekitar 70% limbah plastik di Indonesia masih berakhir di tempat pembuangan akhir, dan sebagian besar akhirnya mencemari lingkungan. Selain itu, kebiasaan penggunaan plastik sekali pakai terus mendominasi, meski beberapa daerah sudah melarang penggunaannya. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan saja tidak cukup tanpa adanya perubahan perilaku masyarakat.
Dampaknya terhadap perekonomian juga signifikan. Dalam laporan Bank Dunia (2021), sektor perikanan di Indonesia mengalami kerugian hingga miliaran rupiah per tahun akibat penurunan kualitas lingkungan laut. Selain itu, industri pariwisata di daerah pesisir seperti Bali dan Lombok menghadapi tantangan besar dalam menjaga daya tariknya. Sampah plastik yang mencemari pantai dan laut mengurangi minat wisatawan, sehingga memengaruhi pendapatan masyarakat lokal.
Beberapa komunitas lokal telah memelopori inisiatif yang inspiratif. Sebagai contoh program “Bank Sampah” di berbagai daerah membantu masyarakat mengubah sampah plastik menjadi sumber pendapatan tambahan. Selain itu, beberapa perusahaan teknologi di Indonesia mulai memproduksi bahan alternatif seperti plastik biodegradable yang terbuat dari singkong dan rumput laut. Langkah ini menunjukkan bahwa inovasi lokal dapat menjadi kunci dalam mengatasi permasalahan yang kompleks ini.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi sampah plastik laut sebesar 70% pada tahun 2025. Meski hal ini patut diapresiasi, realisasinya memerlukan kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Selain itu, edukasi kepada masyarakat tentang bahaya plastik bagi lingkungan dan kesehatan perlu ditingkatkan untuk menciptakan perubahan jangka panjang.
Sampah plastik bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga masalah sosial, ekonomi, dan politik yang memengaruhi masa depan Indonesia. Dengan komitmen yang kuat, inovasi yang berkelanjutan, dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia dapat mengubah tantangan ini menjadi peluang untuk membangun masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Jika kita semua bersatu, polusi plastik dapat diatasi, menjadikan negeri ini sebagai contoh nyata dalam melindungi bumi untuk generasi mendatang. (*)
Referensi : Ocean Conservancy. (2022). “Plastic Waste in the Ocean: Global Insights.”
Bank Dunia. (2021). “Economic Impact of Marine Plastic Pollution in Indonesia.”
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Laporan Tahunan 2022.