Brain Drain dan Konsekuensi Struktural bagi Indonesia
Eksodus tenaga kerja terampil ke luar negeri tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga menciptakan konsekuensi makroekonomi yang serius bagi Indonesia. Fenomena brain drain berimplikasi pada stagnasi inovasi, serta hilangnya modal intelektual yang seharusnya menjadi motor penggerak pembangunan nasional.
Negara-negara maju seperti Kanada, Australia, Jepang, Jerman, dll, secara aktif menerapkan kebijakan brain gain, yang menarik talenta terbaik dari negara berkembang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi mereka. Jika tidak ada intervensi kebijakan yang komprehensif, Indonesia akan terus mengalami brain drain yang memperlambat laju trans formasi struktural dan menghambat daya saing nasional dalam ekonomi global.
Membangun Harapan, Menahan Arus Migrasi
Untuk mengatasi fenomena ini, negara harus menginisiasi reformasi struktural guna menciptakan ekosistem yang lebih kondusif bagi generasi muda. Richard Florida, dalam konsepnya tentang creative class, menegaskan bahwa talenta muda akan bertahan di negara yang memiliki lingkungan inovatif, kebijakan ketenaga kerjaan yang inklusif, serta ruang partisipasi politik yang lebih terbuka.
Oleh karena itu, solusi yang dibutuhkan bukan sekadar peningkatan lapangan pekerjaan, tetapi juga pembenahan sistemik di berbagai sektor. Jika negara gagal menghadirkan harapan bagi generasi muda nya, maka fenomena #Kabur AjaDulu bukan hanya akan menjadi tren sesaat di media sosial, melainkan sebuah kenyataan yang kian sulit dibendung.
Moganya hal ini hanya transisi sejenak bagi Individu Indonesia dalam menata kehidupan yang lebih sehat dan sejahtera. Kalaulah eksistensi #Kaburajadulu semakin meng geliat di kalangan masyarakat; muda-tua, semoga rasa kepedulian terhadap negeri ini tidak memudar. Cinta pada tanah air diuji ketika ia sedang dilanda badai permasalahan seperti yang dirasakan saat ini. (*)
Oleh: Agahirber (Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta)