Oleh: Fitriyoni, S.H., M.H. (Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Solok Selatan)
Ramadan, bulan yang dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia, sering disebut sebagai bulan penuh berkah, ampunan, dan transformasi spiritual. Namun, tidak jarang kita menemukan diri kita bertanya, mengapa setelah Ramadan berlalu, tidak ada perubahan signifikan dalam diri kita? Mengapa Ramadan seolah-olah tidak meninggalkan jejak dalam kehidupan kita? Padahal, Allah SWT telah menjanjikan keberkahan dan ampunan yang melimpah di bulan suci ini. Lantas, apa yang harus diperbaiki?
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 183: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama puasa Ramadan adalah untuk mencapai ketakwaan. Namun, takwa bukanlah sekadar ritual ibadah yang dilakukan selama Ramadan, melainkan perubahan mendasar dalam sikap, perilaku, dan pola pikir yang berkelanjutan.
Pertanyaan ini mengusik hati banyak orang. Mengapa setelah sebulan penuh berpuasa, salat tarawih, tadarus Al-Qur’an, dan berbuat kebaikan, kita kembali ke kebiasaan lama yang jauh dari nilai-nilai Islam? Jawabannya mungkin terletak pada bagaimana kita menjalankan Ramadan itu sendiri.
Pertama, ibadah yang dilakukan tanpa kesadaran dan keikhlasan. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya” (HR. Bukhari dan Muslim). Jika ibadah Ramadan hanya dilakukan sebagai rutinitas tahunan tanpa niat yang tulus untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka sulit bagi kita untuk merasakan transformasi spiritual yang sejati.
Kedua, kurangnya refleksi diri (muhasabah). Ramadan seharusnya menjadi momentum untuk introspeksi diri, mengevaluasi kesalahan, dan berkomitmen untuk menjadi lebih baik. Namun, jika kita tidak meluangkan waktu untuk merenung dan memperbaiki diri, maka Ramadan akan berlalu tanpa meninggalkan bekas yang berarti.
Ketiga, tidak adanya upaya untuk mempertahankan kebiasaan baik setelah Ramadan. Rasulullah SAW bersabda: “Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara konsisten meskipun sedikit” (HR. Bukhari dan Muslim). Jika kita hanya rajin beribadah selama Ramadan tetapi mengabaikannya setelah itu, maka sulit bagi kita untuk meraih ketakwaan yang sejati.