Membumikan Salam untuk Hidup Berkah

Prof. Duski Samad (Guru Besar UIN Imam Bonjol Padang)

Oleh: Prof. Duski Samad (Guru Besar UIN Imam Bonjol Padang)

“Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu) yang sepadan dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu.” (QS. An-Nisa’: 86)

Ayat di atas memberikan bimbingan untuk membiasakan salam atau membumikan salam. Membumikan salam berarti menjadikan salam sebagai kebiasaan yang hidup dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di ruang publik. Dalam konteks Islam, salam adalah ungkapan doa dan kedamaian, seperti “Assalamualaikum”, yang berarti “Semoga keselamatan tercurah atas kalian.”

Adapun makna dan tujuan membumikan salam antara lain, pertama, menjaga nilai keislaman. Menghidupkan budaya salam sesuai ajaran Islam dan menjadikannya bagian dari interaksi sosial sehari-hari.

Kedua, menjalin ukhuwah (persaudaraan). Salam adalah bentuk doa dan penghormatan yang dapat mempererat hubungan antar sesama muslim. Ketiga, menanamkan nilai perdamaian. Salam membawa pesan keamanan, ketenangan, dan cinta kasih dalam masyarakat.

Kelima, meneladani sunnah Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan umatnya untuk memperbanyak mengucapkan salam sebagai bentuk menyebarkan kebaikan.

Ada beberapa cara membumikan salam dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, membiasakan mengucapkan salam saat bertemu dengan keluarga, teman, dan masyarakat. Kedua, mengajarkan anak-anak dan generasi muda untuk memahami dan menggunakan salam dalam komunikasi mereka.

Ketiga, menggunakan salam dalam lingkungan kerja, sekolah, dan komunitas untuk menciptakan budaya hormat dan persaudaraan. Keempat, menjadikan salam sebagai bagian dari etika komunikasi digital, seperti dalam pesan teks, email, atau media sosial.

Membumikan salam adalah upaya untuk menjadikan salam sebagai bagian dari kebiasaan sosial yang memperkuat persaudaraan, menciptakan kedamaian, dan meneladani sunnah Nabi. Dengan membiasakan salam, kita ikut serta dalam membangun masyarakat yang lebih harmonis dan penuh keberkahan.

Salam Etika Sosial

Membumikan salam dalam makna lebih substantif adalah merealisasikan tiga nilai utama yang dibawa oleh salam umat Islam ini. Pertama, Assalamualaikum, aman. Kedamaian, keamanan dan kenyamanan adalah gaya hidup seorang muslim. Ada saat ia menerima pengakuan dan doa kedamaian dari pihak lain. Ada pula saat seseorang menjadi sumber salam artinya mendoakan saudara aman dan nyaman.

Membumikan rasa aman dan nyaman adalah kebutuhan dasar. Terganggunya rasa aman sepertinya ada kegaduhan tawuran pelajar, kebut-kebutan, tindakan kekerasan, criminal, dan kegaduhan sekecil apapun menghilangkan spirit dan tradisi salam.

Setiap orang, keluarga, tokoh masyarakat, pemerintah dan aparat tentu terus bekerja maksimal menghadirkan rasa aman, salam dan tenteram. Pemerintah Kota Padang mulai di jalur yang tepat dengan gerakan cepat menuju kejayaan Kota Padang.

Kedua, Warahmatullahi, artinya penuh rahmat atau menuju hidup sejahtera lahir dan batin. Sejahtera lahir batin berarti keadaan hidup yang harmonis, bahagia, dan terpenuhi kebutuhannya baik secara fisik (lahir) maupun spiritual (batin).

Ungkapan “sejahtera lahir” sendiri mengacu pada kesejahteraan fisik dan materi, yang meliputi, kecukupan ekonomi dan memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan; kesehatan yang baik, bebas dari penyakit, dan memiliki akses ke layanan kesehatan yang layak; serta keamanan dan kenyamanan hidup, termasuk hidup dalam lingkungan yang aman dan damai, tanpa ancaman atau tekanan yang berlebihan.

Sedangkan “sejahtera batin” mengacu pada kesejahteraan jiwa dan spiritual, yang meliputi ketenangan hati dan pikiran, tidak merasa cemas atau gelisah dalam menghadapi kehidupan; keimanan dan kedekatan dengan Tuhan, merasa tenang karena memiliki hubungan yang kuat dengan Allah; kehidupan sosial yang baik dan memiliki hubungan yang harmonis dengan keluarga, teman, dan masyarakat; serta kepuasan dan makna dalam hidup dan merasa hidup memiliki tujuan dan bisa menjalani kehidupan dengan penuh syukur.

Membumikan rahmat atau sejahtera adalah harapan dan capaian yang ditunggu. Sejahtera lahir batin adalah kondisi kehidupan yang ideal di mana seseorang tidak hanya cukup secara materi, tetapi juga bahagia dan damai secara jiwa. Islam mengajarkan bahwa kesejahteraan sejati didapat dengan menyeimbangkan kebutuhan dunia dan akhirat, serta selalu bersyukur dan berusaha menjalani hidup dengan baik.

Ketiga, Wabarakatuh, berkah. Dalam Islam, berkah (البركة – al-barakah) adalah keberlimpahan kebaikan dan manfaat dalam sesuatu, baik itu dalam waktu, rezeki, ilmu, maupun kehidupan secara keseluruhan. Berkah bukan hanya soal jumlah, tetapi lebih kepada kualitas dan manfaat yang terus bertambah.

Adapun makna dan esensi berkah ialah keberlanjutan kebaikan. Sesuatu yang berkah tidak hanya cukup, tetapi juga membawa manfaat jangka panjang dan ketenangan jiwa. Berkah juga bukan sekadar jumlah, tapi manfaat. Harta sedikit bisa terasa cukup, waktu yang sempit bisa menjadi produktif, dan ilmu yang sedikit bisa memberi dampak besar jika diberkahi. Kemudian, mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan. Kehidupan yang diberkahi membuat hati tenang, meskipun tidak selalu bergelimang harta atau kesuksesan duniawi.

Adapun sumber berkah dalam Islam salah satunya adalah keimanan dan ketakwaan. Allah SWT berfirman: “Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96).

Lalu, bersyukur. Syukur kepada Allah atas nikmat-Nya akan menambah keberkahan (QS. Ibrahim: 7). Slanjutnya, mencari rezeki yang halal. Harta yang halal membawa keberkahan, sedangkan yang haram menghilangkannya.

Kemudian, silaturahmi. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah silaturahmi.” (HR. Bukhari & Muslim). Terakhir, berbagi dan bersedekah. Sedekah tidak mengurangi harta, tetapi justru mendatangkan berkah. (HR. Muslim).

Strategi Hidup Berkah

Begitu pentingnya makna berkah maka perlu diperkuat stategi mendapatkan hidup yang berkah. Hidup yang berkah bukan hanya soal kelimpahan materi, tetapi juga tentang ketenangan jiwa, keberlanjutan kebaikan, dan manfaat dalam segala aspek kehidupan.

Berikut adalah strategi untuk mendapatkan hidup yang penuh berkah berdasarkan ajaran Islam. Pertama, menguatkan iman dan takwa. Allah berfirman: “Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96).

Menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Meningkatkan kualitas ibadah (salat, puasa, zikir,dan lain-lain)..Meyakini bahwa rezeki, umur, dan segala nikmat datang dari Allah.

Kedua, mencari rezeki yang halal dan baik. Hindari riba, penipuan, dan cara-cara haram dalam mencari nafkah. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik.” (HR. Muslim). Keberkahan datang dari kejujuran, kerja keras, dan usaha yang halal.

Ketiga, memperbanyak syukur. Allah berfirman: “Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu…” (QS. Ibrahim: 7). Menghargai apa yang dimiliki, tidak mengeluh dan selalu berprasangka baik kepada Allah. Bersyukur tidak hanya dengan lisan, tetapi juga dengan tindakan (menggunakan nikmat untuk kebaikan).

Keempat, memperbanyak sedekah dan infaq. Rasulullah SAW bersabda: “Sedekah tidak akan mengurangi harta.” (HR. Muslim). Berbagi dengan orang lain menambah keberkahan rezeki dan menjauhkan dari kesulitan. Bisa berupa harta, ilmu, tenaga, atau kebaikan lainnya.

Kelima, menjaga silaturahmi. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah silaturahmi.” (HR. Bukhari & Muslim). Menjaga hubungan baik dengan keluarga, saudara, dan teman. Menghindari permusuhan dan memaafkan kesalahan orang lain.

Keenam, berbakti kepada orang tua. Doa dan restu orang tua membawa keberkahan dalam hidup. Berbuat baik kepada mereka, bahkan setelah wafat, dengan mendoakan dan bersedekah atas nama mereka.

Ketujuh, membaca dan mengamalkan Al-Qur’an. Rasulullah SAW bersabda: “Rumah yang dibacakan Al-Qur’an akan menjadi luas bagi penghuninya, dihadiri para malaikat, dijauhi setan, dan banyak kebaikannya.” (HR. Ad-Darimi).

Membiasakan membaca, memahami, dan mengamal kan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Mengajarkan Al-Qur’an kepada keluarga dan orang lain.

Kedelapan, menjaga kejujuran dan amanah. Allah mencintai orang yang jujur dan amanah dalam urusan dunia dan akhirat. Keberkahan hilang jika ada kebohongan, kecurangan, atau pengkhianatan.

Kesembilan, sabar dan ikhlas dalam menghadapi ujian. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153). Tidak semua kesulitan berarti keburukan; bisa jadi itu cara Allah membersihkan dosa dan menaikkan derajat kita. Bersabar dan ikhlas dalam menghadapi cobaan mendatangkan keberkahan dan pahala besar.

Terakhir, memulai dan menutup hari dengan doa. Berdoa sebelum bekerja, sebelum makan, sebelum tidur, dan dalam setiap aktivitas agar mendapatkan keberkahan dari Allah. Rasulullah SAW selalu berdoa agar diberi keberkahan dalam waktu, rezeki, dan hidupnya. (*)

Exit mobile version