Oleh : Krismadinata (Rektor Universitas Negeri Padang)
Madrasah Ramadan memberikan berbagai pelajaran pada kaum muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa, misalnya pelajaran bahwa Islam agama agama rahmat dan damai atau Islam rahmatan lil’alamin.
Pelajaran itu sudah tergambar dalam ayat-ayat yang berhubungan dengan shaum (puasa), yaitu QS Albaqarah ayat 183 dan seterusnya.
Ramadan adalah Madrasah tarbiyyah yang diperuntukkan bagi kita dan keluarga, di situ terdapat sahur dan iftar yang dilakukan secara bersama, maka dengan Ramadhan akan dapat menciptakan keharmonisan dan rasa keakraban bersama anggota keluarga dalam memperoleh ridho dari Allah Swt.
Urgensi waktu dalam Islam merupakan sesuatu yang berharga dan dapat jadi modal dalam amalan kita untuk kehidupan di dunia dan juga dapat dijadikan bekal untuk di akhirat kelaknya. Dalam posisi ini, Ramadan betul-betul menjadi sebuah madrasah bagi seorang muslim dalam memanfaatkan waktunya sebaik-baiknya.
Jika seseorang menyadari secara hakekat Ramadan merupakan waktu yang terbatas, oleh sebab itu ia mesti disiplin dalam penggunaan waktunya dan memanfaatkannya dengan maksimal dalam aktivitasnya. Orang tersebut akan selalu mengisi hari -hari atau waktunya dengan menjalankan amal kebajikannya, contoh shalat tepat waktu untuk memperoleh pahala yang lebih berlipat dan zikir, sehingga ia bisa terhindar dari ucapan yang sia-sia apakah lagi berdosa, ketika membaca dan mentadabburi Al-Qur’an sebagai penguat hatinya, apabila kita baca kisah dari Rasulullah Muhammad SAW dan juga para sahabatnya yang bisa menjadi suri teladan, dan menjadi amalan salih lainnya.
Maka berdampak bagi seseorang untuk memaksimalkan waktu dan penanaman sikap disiplin dalam menggunakannya, serta mengimplementasikannya pada segala aspek kehidupan lainnya di luar bulan Ramadan.
Berucap dengan lisan yang buruk atau membuat orang lain sakit, juga merupakan hal yang dilarang diperbuat oleh orang yang menjalankan puasa. “Siapa pun yang tidak meninggalkan perkataan zur (tak pantas/tidak baik) dan perbuatan zur, Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya”.
Pesan dalam hadis tersebut berisi pelajaran agama Islam tentang damai, bermuatan sangat dahsyat yang kita maknai dari madrasah Ramadhan. Ingatlah, berapa banyaknya konflik yang terjadi akibat perkataan yang tak dikontrol.Jika memaksimalkan Ramadan sepenuhnya adalah wujud rasa syukur. karena, tiada satupun yang mengetahui, apakah ia di bulan Ramadan tahun yang akan datang dapat ketemu lagi atau malah tidak.
Saudara kita yang menjalankan ibadah puasa pada tahun yang lalu, kita tidak lagi Bersama dengan kita lagi, karena telah dipanggil Allah SWT.
Kita telusuri lebih mendalam lagi, terdapat 3 (tiga) pelajaran (ibrah) penting, yang terdapat dalam madrasah Ramadan mesti kita kita maknai dan juga sadari.
Pertama, pelajaran syukur. Tidaklah semua orang yang mampu menginjakkan kakinya di bulan Ramadhan ini, untuk merasakan bulan yang syarat dengan rahmat, hidayah, dan ampunan dari Allah SWT. Sungguh sangat bahagialah orang-orang yang dapat kesempatan bertemu lagi dengan bulan Ramadan.
Kedua, pelajaran ikhlas dan sabar. Rasa ikhlas merupakan modal untuk pelaksanaan beragam aktivitas ibadah selama Ramadan. Semua itu dilaksanakan bertujuan untuk mendapatkan keridhaan-Nya dengan tidak mencampurkannya dengan kepentingan lain. Dengan rasa ikhlas, hati akan jadi riang dan juga ringan, dalam menjalankan semua ibadah. Sehingga seseorang dapat memaknai dan juga menikmati semua aktifitasnya. Di samping itu untuk menjaga keikhlasan tersebut adanya sikap yang menunjukkan teguh hati, tegar jiwa, yakni memiliki kesabaran.
Renungkanlah, upaya seorang Muslim dengan segala daya berjibaku menghadapi nafsunya saat ia dalam menjalankan puasa.
Ketiga, pelajaran muraqabatullah was shidq: artinya Ramadan telah menjadi madrasah untuk membentuk kedua sifat tersebut. Jika ada yang mengetahui seseorang sedang menjalankan puasa hanyalah Allah dan orang yang bersangkutan.
Walaupun orang tersebut berada dalam posisi untuk mencicipi makanan, tatkala ia sadar karena ia dalam berpuasa, maka ia enggan untuk memakannya. Apakah oleh dilihat orang atau bukan? Ia tunduk hanya karena pada Allah SWT semata. Ia merasa dipantau oleh Allah dimanapun tempatnya berada atau kapanpun waktunya. Proses pendidikan itulah yang mendidiknya arti sebuah kejujuran pada semua hal. Ia tidak dapat menyembunyikan dan juga tidak ada yang menjadi jadi rahasia di mata Allah sang khalik.
Ramadan merupakan madrasah Islam. Para muslim adalah peserta didik dari madrasah. Maka lulusannya menjadi lulusan berkarakter Islam, atau Islam rahmatan lil’alamin.
Semoga kita semua dapat meraih predikat lulusan yang memiliki keunggulan melalui pribadi yang menebarkan nilai-nilai kebajikan yang telah diperoleh di madrasah Ramadhan. Aamiin. (*)