Oleh Inosensius Enryco Mokos
Peneliti Komunikasi Politik, Publik, Pendidikan dan Budaya
Program Makan Bergizi gratis memang tidak pernah luput dari perbincangan publik. Saat bulan puasa Ramadan yang sedang dijalankan oleh umat Muslim di Indonesia tentu program MBG ini juga perlu untuk dibicarakan lebih serius.
Selama bulan puasa tentunya para peserta didik harus menahan diri dan berpuasa. Tentu untuk anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar hanya berpuasa setengah hari, namun untuk yang di sekolah menengah mereka dituntut untuk berpuasa penuh waktu.
Dalam rentan waktu bulan puasa ini juga, ada program Makan Bergizi Gratis. Pertanyaan besar yang akan muncul adalah bagian retribusi MBG ini selama bulan puasa? Bagaimana alokasi dan transparansi anggaran MBG selama bulan puasa ini karena pastinya ritmenya akan terpengaruh? Jika selama bulan puasa peserta didik tidak bisa makan karena berpuasa, kemana anggaran tersebut? Kita semua perlu menyadari bahwa alokasi MBG selama sebulan itu tidak sedikit dan sangat besar sekali.
Menurut laporan media, Kepala BGN menyatakan bahwa anggaran MBG untuk sebulan sekitar 25 triliun. Ini angka yang fantastis dan berpeluang dimanipulasi. Anggaran MBG yang besar itu sudah dianggarkan untuk setahun. Potensi untuk memainkan anggaran tercium di sini. Oleh karena itu penting untuk mengeksplorasi potensi penyelewengan anggaran MBG ini sekaligus mengajak masyarakat untuk mengawasi penggunaan anggaran MBG selama bulan puasa.
Ritme Penyaluran Berubah
Berhadapan dengan situasi libur menjelang Ramadhan yang dijadwalkan selama seminggu kemudian libur hari raya Idul Fitri selama dua minggu dan juga bulan puasa maka praktis selama hampir dua bulan program MBG ini tidak akan berjalan dengan baik. Tentu anggaran MBG selama dua bulan itu sebesar hampir 50 triliun itu akan besar potensinya diselewengkan. Hal ini mendasar sebab pelaporan penyerapan MBG selama bulan Januari dan bulan Februari 2025 ini saja tidak jelas dan tidak pernah dibuka ke publik.
Masyarakat tentu akan bertanya-tanya bagaimana pemerintah bisa menjalankan program MBG ini secara baik selama dua bulan ini (puasa dan libur). Anggaran untuk dua bulan sudah tersedia dan wajib untuk diserap. Jika pemerintah misalnya tetap mengeksekusi MBG saat bulan puasa, dan makanan tetap disalurkan, tentu para siswa baru bisa menyantap makan pada saat berbuka. Makananya sudah pasti tidak enak dan hambar. Akhirnya akan membuat siswa tidak menyantap makanan dan akan menciptakan sampah makanan.
Terlebih pemerintah berencana juga untuk menyalurkan anggaran MBG ke pesantren agar MBG nya dikelola sendiri. Ini justru aneh karena tidak ada acuan yang jelas pesantren mana yang akan mendapatkan bantuan. Masyarakat sekarang juga tahu ada banyak pesantren yang memang hanya khsusus untuk keluarga mampu dan ada juga pesantren yang khusus untuk anak-anak yang kurang mampu.
Ketidakpastian dalam pelaksanaan program dapat menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Jika masyarakat merasa program tidak berjalan dengan baik, hal ini dapat mengurangi partisipasi dan dukungan mereka di masa mendatang.
Sampai saat ini juga, pemerintah sendiri belum mengeluarkan pernyataan bagaimana eksekusi MBG ini selama bulan puasa dan selama libur menjelang puasa dan juga libur hari raya Idul Fitri.
Dengan adanya gangguan, ada kemungkinan anggaran yang telah dialokasikan tidak digunakan secara efektif, membuka peluang bagi penyalahgunaan dan korupsi.
Solusi Terbaik
Sebenarnya langkah yang diambil pemerintah saat ini untuk eksekusi MBG cukup membingungkan sehingga pemerintah akan sulit merumuskan solusi terbaik bagaimana eksekusi MBG ini selama bulan puasa dan juga saat libur hari raya. Sebab, jam pulang sekolah dasar adalah jam 2 siang maksimal dan jam pulang sekolah menengah sekitar jam 2 siang sampai jam 4 petang. Ini tentu akan menyulitkan penyaluran MBG.
Ditambah lagi tidak ada yang bisa menjamin jika MBG ini misalnya dihentikan selama liburan dan bulan puasa maka anggarannya tidak diselewengkan. Selama eksekusi dua bulan ini saja tidak ada transparansi penyerapan anggaran. Sehingga wajar saat situasi seperti akan sulit anggaran MBG dapat digunakan dengan baik begitu juga proses penyalurannya.
Jika berpatokan bahwa siswa akan berbuka bersama di sekolah saat bulan puasa sehingga MBG tetap dialokasikan hal ini akan mengganggu proses kegiatan puasa dan ibadah anak-anak. Yang seharusnya mereka saat buka puasa sudah berada di rumah dan berbuka bersama keluarga harus masih berada di sekolah untuk MBG. Kegiatan ibadah saat setelah berbuka pun akan terganggu misalnya kegiatan sholat tarawih.
Motivasi siswa untuk beribadah juga akan menurun karena disibukan dengan kegiatan sekolah sampai malam hari karena adanya MBG. Tentu merumuskan solusi dalam situasi seperti ini akan memberikan tantangan yang tidak mudah.
Sebenarnya sudah sejak lama para pakar dan ahli kebijakan menyarankan agar MBG ini dievaluasi lagi sehingga target dari MBG ini jelas yaitu untuk anak-anak dari keluarga rentan. Lembaga Celios (Center of Economic and Law Studies) dalam penelitiannya berjudul Yang Lapar Siapa? Yang Kenyang Siapa? Mitigasi Resiko Program Makan Bergizi Gratis menyarankan pemerintah untuk menyalurkan MBG bagi siswa-siswa dari keluarga kurang mampu yang memang membutuhkan MBG. Dengan cara ini, keluarga rentan itu diberi bantuan keuangan untuk menyiapkan MBG bagi anak-anak mereka.
Melalui cara ini kesulitan penyaluran MBG saat libur dan saat bulan puasa tidak akan terganggu karena anggaran langsung diberikan kepada keluarga. Potensi korupsinya juga kecil terjadi karena hanya melibatkan satu jalur yaitu dari Kementerian Keuangan langsung kepada keluarga. Terlebih lagi dari Celios sendiri sudah mewanti-wanti bahwa potensi korupsi akan sarat terjadi ketika penyaluran MBG tidak transparan serta melalui proses yang berbelit-belit dan berpeluang untuk dimanipulasi.
Cara di atas yang paling mungkin dilakukan sehingga MBG dapat terus berjalan dalam keadaan seperti apapun. Untuk itu, pemerintah bisa bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik untuk mengambil data keluarga miskin yang akan mendapatkan anggaran MBG.
Transparansi saat penyaluran anggaran MBG selama libur dan bulan puasa juga penting untuk dibuka ke publik agar masyarakat dalam melihat secara jelas eksekusi anggarannya. Ini penting agar masyarakat tidak kehilangan kepercayaan kepada pemerintah yang memegang peran menyalurkan anggaran.
MBG ini adalah program yang sebenarnya tidak harus memakan biaya yang besar jika penyaluran dan penerima MBG tepat sasar yaitu untuk yang membutuhkan. Lebih lagi program ini juga bagus hanya perlu eksekusi yang lebih matang dan tepat.
Anggaran MBG ini sangat besar sehingga wajar masyarakat selalu memperhatikan langkah dan juga kebijakan yang diambil pemerintah dalam eksekusi MBG ini. Ini justru bagus karena masyarakat sudah kritis dan cerdas membantu pemerintah menjalankan setiap kebijakan dengan benar. Masyarakat tentu mengharapkan MBG dapat membawa perubahan dalam diri anak-anak Indonesia. Dengan demikian Indonesia dapat tumbuh menjadi bangsa yang maju dan bijaksana. Semoga!
Biodata singkat penulis
Nama: Inosensius Enryco Mokos
Pendidikan: Magister Ilmu Komunikasi Universitas Bina Nusantara Jakarta
Pekerjaan: Peneliti Komunikasi Pendidikan, Politik, Publik dan Budaya
No wa: 082341402883