Puasa juga mengajarkan kita untuk menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak baik. Hal ini menjadi bentuk kesalehan sosial karena akan menciptakan suasana yang harmonis di tengah masyarakat.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh pada puasanya yang sekadar meninggalkan makan dan minum.” (HR. Bukhari)
Oleh karena itu, menjaga lisan dan perilaku adalah kunci penting dalam menjaga kesalehan sosial selama berpuasa. Ramadhan adalah bulan persatuan dan kebersamaan. Dengan meningkatkan kerja sama dalam kegiatan sosial, seperti gotong royong membersihkan masjid dan berbagi sembako, kita dapat menunjukkan bahwa puasa membawa dampak positif bagi komunitas.
Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat [49]:
Puasa sejatinya adalah ibadah multidimensional yang tidak hanya berorientasi pada hubungan vertikal dengan Allah SWT, tetapi juga pada hubungan horizontal dengan sesama manusia. Kesalehan sosial adalah bukti nyata keberhasilan puasa dalam membentuk pribadi muslim yang tidak hanya taat secara ritual, tetapi juga peduli terhadap lingkungan sosialnya.
Sebagai seorang muslim, marilah kita menjadikan puasa sebagai momentum meningkatkan ketakwaan sekaligus memperkuat kepedulian sosial demi terciptanya masyarakat yang harmonis dan penuh berkah. Semoga Allah SWT menerima ibadah puasa kita dan menjadikannya sebagai sarana pembentuk kesalehan sosial yang kokoh. (*)