Oleh: H. M. Abdillah, ST., SH., MH. (Sekretaris DPW LDII Sumbar)
Bulan Ramadan sudah memasuki pertengahan bulan dan beberapa hari lagi akan masuk 10 hari akhir bulan penuh pengampunan ini. Alhamdulillah jika kita dapat diberikan umur panjang untuk berburu pahala di 10 malam terakhir di bulan Ramadan dengan harapan mendapatkan ganjaran pahala seribu bulan.
Sudah sepatutnya setiap orang iman lebih memaksimalkan mencari pahala yang dahsyat, yang terjadi hanya satu malam dalam setahun (di bulan Ramadan), yaitu Lailatul Qadar atau Malam Qadar.
Seperti yang disampaikan Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis: “Ketika bulan Ramadan dibukalah pintu-pintu rahmat dan dikuncilah pintu-pintu jahanam, dan dirantailah beberapa setan.” (HR. Bukhari)
Pada kesempatan baik yang berikan oleh Allah ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meraih pahala yang terbaik dan tidak semua orang dapat menjumpai bulan Ramadan dapat memanfaatkan dengan baik.
Nabi bersabda, orang yang tidak memanfaatkan bulan Ramadan dengan baik merupakan orang yang merugi. “Sungguh rugi orang yang menjumpai bulan Ramadan sampai lewat dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni oleh Allah.” (HR. Tirmidzi).
Supaya kita tidak rugi, kita harus melaksanakan lima sukses Ramadan, yaitu sukses puasa, sukses salat Tarawih, sukses membaca Al-Qur’an, sukses Lailatul Qadar, dan sukses zakat fitrah.
Nah, pada sukses Lailatul Qadar, saat bulan Ramadan terdapat satu malam yang istimewa karena keutamaanya. Ketika beribadah di malam itu lebih baik daripada amal ibadah 1.000 bulan. Nabi Muhammad SAW biasa mempersungguh beribadah untuk mencari lailatul qadar pada 10 malam terakhir di bulan Ramadan. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW: “Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan.” (HR.Bukhari)
Lailatul Qadar merupakan suatu anugerah bagi umat Islam. Dalam satu tahun, ada satu malam yang nilai kebaikan atau pahala di malam itu, lebih baik dari pada 1.000 bulan. Malam yang dimaksud adalah terdapat di dalam bulan Ramadan, tepatnya pada 10 malam terakhir.
“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran pada malam Lailatul Qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari 1.000 bulan, pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala urusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar.” (QS. Al-Qadar: 1-5)
Kita bisa menggali kembali asbabun nuzul kisah turunnya Surat Al-Qadar. Diceritakan oleh Rasulullah SAW bahwa ada kaum Bani Israil yang semasa hidupnya kurang lebih 80 tahun belum pernah melakukan kemaksiatan sekejap mata pun.
Saat itu sahabat Rasul tercengang, kenapa ada orang sehebat itu sehingga para sahabat bertanya apakah bisa kita mengejar pahala orang tersebut yang begitu hebatnya.
Rasul menjawab: “Lailatul Qodri khoirun min alfi Syahrin.” Artinya, amalan yang kita kerjakan di malam Qadar pahalanya lebih baik dari 1.000 bulan (kalau diubah ke tahun selama kurang lebih 83 tahun).
Apakah ini tidak luar biasa? Semalam kita beramal pahalanya bisa melebihi yang diceritakan Rasulullah tadi. Memang jadi umat Nabi Muhammad kita harus bersyukur, amalannya sedikit tapi ganjaran pahalanya besar sekali, bisa menyamai umat sebelumnya.
Sehingga beramal satu malam di malam Qadar, di mana saat malam Qadar itu turun, amal ibadah kita dihitung oleh Allah SWT lebih baik dari 1.000 bulan/83 tahun tadi.
Andai malam itu kita sedang salat sunah, maka salat sunah kita seperti salat tasbih 1.000 bulan, andai malam itu kita sedang membaca Al-Qur’an, maka membaca Al-Qur’an 1.000 bulan.
Dikisahkan dalam hadis bahwa sebenarnya Rasulullah sudah diberi tahu tanda-tanda kapan tepatnya Lailatul Qadar terjadi, hanya saja Rasulullah SAW dilupakan oleh Allah, sehingga saat sahabat tanya kapan turunnya Lailatul Qadar, Rasulullah hanya menjawab: “Carilah Lailatul Qadar itu di 10 malam yang terakhir (di bulan Ramadan).” Dalam hadis lain, Rasul bersabda: “Carilah malam Qadar di malam yang ganjil, malam 21, 23, 25, 27, 29.”
Sehingga tak heran, biasanya di 10 malam terakhir itu ada yang memilih mencarinya di malam-malam ganjil saja, sehingga di malam-malam genap biasanya masjid mendadak agak sepi, padahal kalau kita mau dapat pahala yang besar.
Sudah sepatutnya diusahakan cari saja di 10 malam terakhir tanpa pilih tanggal ganjil atau genap, insya Allah kalau kita borong semua malam di 10 malam terakhir itu, maka pahala dahsyat di malam Qadar akan kita raih.
Rasulullah SAW hanya diberi tahu ciri-cirinya saat Lailatul Qadar, di antaranya hujan gerimis, siangnya panas, dan khalayak masjid terserang kantuk. Di samping salat, membaca Al-Qur’an, amalan pada malam tersebut yang harus diperbanyak adalah berdoa. Telah diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘anha, (dia) berkata: “Aku bertanya, ‘Ya Rasulullah! Apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan?’
Beliau menjawab, ‘Ucapkanlah: ‘Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku.’” (HR. Tirmidzi 3760, Ibnu Majah 3850).
Setiap malam di 10 malam akhir sebaiknya diisi dengan salat sunah, membaca Al-Qur’an, zikir, atau ibadah lainnya dengan bermunajat lepada Allah SWT dengan doa Lailatul Qadar. Malam Lailatul Qadar penuh dengan seluruh kebaikan dan keberkahan, selamat dari segala kejahatan dan keburukan apapun, setan-setan tidak mampu berbuat kerusakan dan kejahatan sampai terbit fajar di pagi harinya. Para malaikat memberikan ucapan salam kepada para penghuni masjid-masjid.
Mencari Lailatul Qadar juga dapat dilakukan sambil mengerjakan itikaf di masjid, yaitu berdiam diri, berzikir, membaca Al-Qur’an dan berdoa di masjid. Sesekali diselingi dengan salat-salat sunah. Ajaklah istri, keluarga, dan anak-anak untuk bersama-sama meramaikan masjid dan beribadah di dalamnya. Dalam sebuah hadis, Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Sesungguhnya Nabi melakukan itikaf pada 10 malam terakhir di bulan Ramadan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau melakukan itikaf setelahnya.” (HR Al Bukhari 2/713).
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadan), beliau mengencangkan kainnya menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari 4/233 dan Muslim 1174).
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir) yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya.” (HR. Muslim 1174).
Akhirnya, semoga Allah SWT memberi kita kekuatan, kesehatan, kesabaran, keamanan, keselamatan dan keberkahan, rezeki yang halal, manfaat lancar, dan berkah hingga dapat meraih pahala Lailatul Qadar. Amin. (*)