Tak hanya itu, dukungan dari tokoh-tokoh dan organisasi perantau seperti PKDP juga menguatkan langkah JKA. Ia tumbuh besar dari organisasi tersebut dan kini membawa semangat itu untuk membangun kampung halaman.
Langkah-langkah JKA-Rahmat mengingatkan kita pada sosok almarhum Anas Malik, bupati yang pernah mengubah karakter masyarakat Padang Pariaman menjadi lebih maju. Meski saya tidak mengalami langsung masa kepemimpinannya, banyak cerita yang menunjukkan keberhasilannya.
Salah satu janji kampanye yang direalisasikan adalah menghidupkan kembali Pacu Kuda yang sempat vakum 9 tahun. Pada Idulfitri 1446 H tahun 2025, ajang ini kembali digelar di Lapangan Pacu Kuda Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto. Tak hanya menghidupkan tradisi, kegiatan ini juga berdampak pada tumbuhnya sektor UMKM di sekitar lokasi.
Dari perspektif penyelenggara pemilu, saya melihat keberhasilan demokrasi terletak pada kedewasaan masyarakat dalam berdemokrasi. Di Padang Pariaman, perbedaan pilihan tidak diperpanjang menjadi konflik. Perdebatan cukup berlangsung di warung kopi, tempat yang selama ini juga berfungsi sebagai pusat edukasi politik informal.
Bawaslu Padang Pariaman pun memanfaatkan warung kopi sebagai tempat pencegahan pelanggaran pemilu, berdiskusi langsung dengan masyarakat dan pelaku politik. Cara ini terbukti efektif menyebarkan edukasi pemilu.
Pada akhirnya, keberhasilan demokrasi di Padang Pariaman telah melahirkan pemimpin yang diharapkan. Ketegasan, komitmen, serta sinergi antara masyarakat, pemerintah, penyelenggara pemilu, dan tokoh adat/agama menjadi kunci berlangsungnya pemilu yang aman dan adil.
Mari kita kawal bersama kepemimpinan JKA-Rahmat demi terwujudnya Padang Pariaman yang lebih maju dan sejahtera. Bersama rakyat awasi pemilu, bersama Bawaslu tegakkan keadilan pemilu. (*)
Oleh: Ketua Bawaslu Kab. Padang Pariaman, Azwar Mardin