Aspek Sosial: Sinergi Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat
FDS menciptakan ekosistem pendidikan yang sinergis. Orang tua, terutama yang bekerja, tidak perlu khawatir anak “keluyuran” sepulang sekolah karena kegiatan dijamin hingga sore hari. Di sisi lain, libur Sabtu-Minggu memungkinkan keluarga berkualitas menghabiskan waktu bersama, memperkuat ikatan emosional.
Kebijakan ini juga mendorong kolaborasi sekolah dengan komunitas. Misalnya, kunjungan ke museum atau pertunjukan seni bisa melibatkan tokoh masyarakat, menciptakan pembelajaran kontekstual. Selain itu, pengaturan jam kerja guru dan tenaga kependidikan yang jelas (37,5 jam/minggu untuk ASN) memastikan profesionalisme tanpa mengorbankan hak istirahat.
Keseriusan Pemkab Padang Pariaman: Evaluasi Berkala dan Fleksibilitas
Keberhasilan FDS tidak lepas dari komitmen Pemkab. Disdikbud Padang Pariaman akan melakukan monitoring dan evaluasi tiga bulan sekali, dengan laporan langsung ke Bupati.
Langkah ini menunjukkan kesiapan mengatasi tantangan, seperti kekhawatiran kelelahan siswa atau keterbatasan fasilitas kantin. Fleksibilitas diberikan melalui kewenangan sekolah menyusun jadwal mandiri, asal sesuai regulasi.
Optimisme Menuju Pendidikan Berkelanjutan
Implementasi FDS di Padang Pariaman adalah bukti keseriusan Bupati JKA dalam membenahi sektor pendidikan. Dengan memadukan teori, budaya dan kebutuhan sosial, kebijakan ini bukan sekadar mengurangi risiko ketergantungan HP, tetapi juga membentuk generasi yang berilmu, berkarakter dan berbudi.
Tantangan seperti kompetensi kepela sekolah dan guru dalam mengembangkan kurikulum, manajemen waktu dan fasilitas tetap ada, namun dengan evaluasi berkala dan partisipasi aktif masyarakat, serta komitmen pemerintah daerah dalam membenahi semua infrastruktur pendidikan sangat diperlukan, sehingga bukan hal tidak mungkin Padang Pariaman berpeluang menjadi contoh nasional dalam pendidikan holistik.
Maju terus pendidikan Padang Pariaman.!
Oleh: DR. H. Aznil Mardin, S.Kom., M.Pd.T (Dosen, Praktisi)