Oleh: Afif Permana Aztamurri
(Mahasiswa Prodi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Andalas)
Kehadiran film animasi karya asli anak Indonesia Jumbo menjadi sebuah fenomena baru dalam gejolak positif industri kreatif Indonesia. Ketika tulisan ini dibuat, penontonnya sudah melampaui 5 juta orang, dan masih akan terus bertambah. Fakta tersebut dinilai menjadi stimulasi segar bagi perkembangan industri animasi dan memberi kepercayaan baru dari khalayak serta para investor.
Dilirik dari kaca mata pembangunan, jumlah penonton yang melebihi ekspektasi para kreatornya tersebut mendatangkan pendapatan yang luar biasa dan membuktikan bahwa animasi lokal dapat mendukung peningkatan ekonomi nasional. Penghasilan dari penjualan tiket film ini diprediksi melebih Rp 200 miliar.
Jumlah penghasilan dan disertai banyaknya animator Indonesia yang terlibat yaitu 420 orang, menandakan bahwa pekerjaan di bidang animasi punya harapan besar untuk kemajuan perekonomian masyarakat. Jumlah sumber daya manusia yang tercatat tersebut bahkan hanya segelintir dari masih banyak lagi animator ‘lokal’ yang tersebar di seluruh nusantara.
Menghadang Fomo AI Ghibli
Akan tetapi, penulis berasumsi bahwa film Jumbo merupakan respons atas paradoks pembangunan industri kreatif yang terjadi akhir-akhir ini dan ramai diperbincangkan di ranah media sosial. Dialah penggunaan aplikasi artificial intelligence (AI) ChatGPT untuk mengubah foto wajah manusia menjadi ilustrasi bergaya animasi khas studio animasi Ghibli. Kemudian hal tersebut menimbulkan kontroversi.
Rasa gemas terhadap gambar khas Ghibli menghadirkan badai fomo (fears of missing out) atau takut ketinggalan jika tidak mencoba fitur terbaru ChatGPT tersebut. Gambarnya ramai dibagikan di berbagai platform media sosial. Lebih dari itu, ada yang mencoba mengomersilkannya di balik jualan jasa ilustrasi, padahal pihak ChatGPT sudah melarangnya.
Perasaan suka cita atas tren tersebut rupanya mengabaikan keresahan di baliknya, yaitu proses penciptaan karya oleh mesin komputer yang dianggap sebagian orang sebagai pencurian. Kekhawatiran akan dampak AI terhadap masa depan seniman ilustrator dan animator pun jadi perhatian. Para kreator mengklaim telah berkarya dengan seluruh daya dan upaya, sementara publik kemudian merasa mudah menciptakan yang serupa hanya dengan situs web ChatGPT.
Kritik juga menyasar pada penggunaan AI oleh instansi pemerintahan untuk menyampaikan pesan pembangunan dalam bentuk animasi dan ilustrasi. Pemerintah dinilai mengabaikan riset dan keberpihakan terhadap kalangan pekerja seni hanya demi mempersuasi masyarakat untuk suatu kebijakan. Padahal banyak talenta kreator yang dapat diberdayakan, sekaligus menjadi ruang pengembangan industri.
Kehadiran Jumbo menjadi katalisator atas lambannya penanganan problematika tersebut. Berbagai pihak diharapkan menjadi sadar bahwa AI bukan solusi atas segala kebutuhan karya visual. Jumbo membuktikan animasinya merupakan buah kreasi menawan anak Indonesia yang butuh dukungan penuh dari berbagai pihak, agar mengoptimalisasi pembangunan di sektor ekonomi kreatif.
Oleh karena itu, pemerintah harus segera menerbitkan aturan kebijakan tertentu dalam penggunaan AI dan mampu mencontohkannya. Penerapannya harus bijaksana agar inovasi AI kemudian tidak hanya berdaya sebagai jalan pintas atas kreativitas, yang akan berisiko pada cita-cita bonus demografi 2045.
Refleksi SDM Animasi Sumatera Barat
Animator yang terlibat dalam Jumbo didominasi oleh studio yang berada di pulau Jawa yaitu Jakarta dan Jawa Barat. Sedangkan masih banyak lagi studio dan pekerja animasi yang berdomisili di luar pulau Jawa. Peluang untuk ‘menciptakan’ Jumbo berikutnya sangat terbuka lebar, bila pemerintah cermat dan bijaksana mengelolanya.
Sumatera Barat juga merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak talenta animasi di Indonesia. Seiring pertumbuhan jumlah generasi mudanya, semakin banyak pula yang berminat untuk pengembangan bakat dan karir di industri animasi. Mereka bekerja secara kolektif maupun individual untuk berbagai karya mulai dari periklanan, film pendek, virtual youtuber (VTuber), game, hingga film animasi panjang.
Salah satunya Piapi Animation, studio yang berdomisili di Padang. Studio ini beroperasi sejak tahun 2016, didirikan oleh beberapa anak muda yang sangat menyukai dan berbakat di bidang animasi. Hampir 10 tahun berdiri, kehadirannya menjadi ruang perwujudan mimpi anak muda yang tidak hanya ingin menonton film animasi, tetapi juga ingin membuatnya.
Di samping itu, pendidikan animasi di Sumatera Barat juga kian bertambah. Di perguruan tinggi, terdapat, program studi diploma 4 Animasi di Politeknik Negeri Padang, program studi vokasi animasi Universitas Negeri Padang, dan disusul program studi diploma 4 animasi Institut Seni Indonesia kampus Padang Panjang. Di jenjang pendidikan menengah, terdapat jurusan animasi di SMK Negeri 3 Payakumbuh, SMK Negeri 2 Pariaman, dan SMK Negeri 4 Padang.
Geliat animasi Indonesia turut didukung oleh pergerakan komunitas bernama Asosiasi Industri Animasi dan Konten Indonesia (AINAKI) yang berdiri sejak tahun 2004 oleh tokoh asal Minangkabau Narliswandi Piliang atau akrab disapa Iwan Piliang. Sementara AINAKI regional Sumatera Barat berdiri pada tahun 2016 dalam koordinasi salah seorang pengajar animasi Politeknik Negeri Padang, Taufik Gusman.
Fakta-fakta tersebut mewajarkan Focus Group Discussion (FGD) untuk Rancangan Peraturan Gubernur tentang Peta Jalan (Road Map) Pengembangan Ekonomi Kreatif Daerah 2025-2029 yang digelar akhir tahun 2024 mengarahkan subsektor film, animasi, dan video menjadi salah satu dari tiga subektor unggulan Sumatera Barat. Kabar gembira ini sekarang telah bersambut dengan bukti nyata dari film Jumbo, dan implementasinya sangat ditunggu.
Pemerintah Sumatera Barat perlu mengatur strategi komunikasi untuk membangun awareness bagi masyarakat bahwa provinsi ini punya sumber daya manusia animator yang juga sangat mumpuni. Pembangunan subsektor animasi juga perlu agen perubahan agar publik memahami bahwa bidang ini dibutuhkan dan dapat mendongkrak pendapatan daerah. Yang paling konkret adalah terbukanya lapangan pekerjaan baru.
Situs Indonesia.go.id menyebutkan, inovasi produk animasi yang tengah bertumbuh ialah Vtuber. Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia 2023/2024 menyajikan data bahwa pasar VTuber global diprediksi mencapai USD2,188 juta, dan akan mencapai USD12,265 juta pada 2028 dengan tingkat pertumbuhan per tahun 35,03 persen.
Pemerintah daerah juga dapat mencontohkan, yakni dengan gencar membayar jasa animator lokal dalam berbagai konten pesan pembangunan di Sumatera Barat. Video dan karya visual animasi masih diyakini berdaya persuasif yang sangat kuat terhadap masyarakat terutama generasi muda. Dampak positifnya, kepercayaan publik terhadap masa depan industri animasi meningkat, termasuk pihak-pihak yang ingin mendukung melalui investasi.
Efek sampingnya, pemerintah Sumatera Barat juga berkesempatan andil dalam pembangunan sosial budaya masyarakat dari sisi edukasi akhlak generasi muda melalui daya tarik film animasi lokal. Problematika terkini tentang kecenderungan anak-anak terhadap budaya asing dan mengabaikan Minangkabau akibat pengaruh media sosial dapat teratasi. Adat basandi syarak-syarak basandi kitabullah bisa kembali hidup dalam pemahaman anak muda dengan optimalisasi pesan-pesan ringan yang dikemas menarik dalam video animasi.
Semua hal tersebut dapat terwujud jika peta jalan Pengembangan Ekonomi Kreatif Daerah 2025-2029 dapat mengintegrasikan berbagai pemangku kebijakan, yang membutuhkan integritas serta perhatian lebih pada peluang-peluang yang ada. Semoga kehadiran Jumbo sebagai buah karya anak negeri benar-benar menjadi refleksi yang memacu atensi pemerintah terhadap berbagai potensi ekonomi kreatif di Sumatera Barat. (*)