Jumat, 16 Mei 2025
HarianHaluan.id
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • UTAMA
  • EkBis
  • NASIONAL
  • OLAHRAGA
  • SUMBAR
    • AGAM
    • BUKITTINGGI
    • DHARMASRAYA
    • KAB. SOLOK
    • KOTA SOLOK
    • KAB. LIMAPULUH KOTA
    • MENTAWAI
    • PADANG
    • PADANG PANJANG
    • PADANG PARIAMAN
    • PARIAMAN
    • PASAMAN
    • PASAMAN BARAT
    • PAYAKUMBUH
    • PESISIR SELATAN
    • SAWAHLUNTO
    • SIJUNJUNG
    • SOLOK SELATAN
    • TANAH DATAR
  • OPINI
  • PENDIDIKAN
    • KAMPUS
      • INSTITUT TEKNOLOGI PADANG
      • POLITEKNIK ATI PADANG
      • POLITEKNIK NEGERI PADANG
    • SASTRA BUDAYA
  • PARIWISATA
  • WEBTORIAL
  • PILKADA SUMBAR
  • INSPIRASI
  • RAGAM
    • PERISTIWA
    • HIBURAN
    • KESEHATAN
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • RANAH & RANTAU
      • KABA RANAH
      • KABA RANTAU
    • PRAKIRAAN CUACA
  • UTAMA
  • EkBis
  • NASIONAL
  • OLAHRAGA
  • SUMBAR
    • AGAM
    • BUKITTINGGI
    • DHARMASRAYA
    • KAB. SOLOK
    • KOTA SOLOK
    • KAB. LIMAPULUH KOTA
    • MENTAWAI
    • PADANG
    • PADANG PANJANG
    • PADANG PARIAMAN
    • PARIAMAN
    • PASAMAN
    • PASAMAN BARAT
    • PAYAKUMBUH
    • PESISIR SELATAN
    • SAWAHLUNTO
    • SIJUNJUNG
    • SOLOK SELATAN
    • TANAH DATAR
  • OPINI
  • PENDIDIKAN
    • KAMPUS
      • INSTITUT TEKNOLOGI PADANG
      • POLITEKNIK ATI PADANG
      • POLITEKNIK NEGERI PADANG
    • SASTRA BUDAYA
  • PARIWISATA
  • WEBTORIAL
  • PILKADA SUMBAR
  • INSPIRASI
  • RAGAM
    • PERISTIWA
    • HIBURAN
    • KESEHATAN
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • RANAH & RANTAU
      • KABA RANAH
      • KABA RANTAU
    • PRAKIRAAN CUACA
HarianHaluan.id
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
HARIANHALUAN.ID OPINI

Magnet Dendang Digital

Editor: Leni Marlina
Kamis, 24/04/2025 | 14:50 WIB
Di tengah gempuran budaya global yang kian homogen, langgam-lagu berbahasa daerah justru bangkit menemukan denyut nafas baru. IST

Di tengah gempuran budaya global yang kian homogen, langgam-lagu berbahasa daerah justru bangkit menemukan denyut nafas baru. IST

ShareTweetSendShare

Oleh Inosensius Enryco Mokos

Peneliti Komunikasi Pendidikan, Politik, Publik dan Budaya

BacaJuga

Bung Hatta sebagai Pendidik Karakter : Telaah Pemikiran dan Kepribadian Bung Hatta

Bung Hatta sebagai Pendidik Karakter : Telaah Pemikiran dan Kepribadian Bung Hatta

Kamis, 15/05/2025 | 21:31 WIB
Lubang Jepang di Bukittinggi : Warisan Luka dan Ketahanan Bangsa

Lubang Jepang di Bukittinggi : Warisan Luka dan Ketahanan Bangsa

Kamis, 15/05/2025 | 20:42 WIB

Di tengah gempuran budaya global yang kian homogen, langgam-lagu berbahasa daerah justru bangkit menemukan denyut nafas baru. Musik Minang, dengan syair-syair penuh filosofi adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, kini tak lagi terkurung dalam nostalgia. Melalui sentuhan pop culture yang segar dan distribusi digital yang masif, lagu-lagu seperti “Bapisah Bukannyo Bacarai” atau “Denai Cinto” menjelma menjadi hits viral, melintasi batas generasi dan geografi. Kanal youtube seperti Minang Timur Production menjadi saksi: ketika gitar elektrik berdenting bersahutan dengan pantun Minang, atau trap beat mengiringi dendang saluang, budaya tradisional tak hanya lestari—ia menari dalam ritme zaman. 

Fenomena ini bukan sekadar tren, melainkan gerakan glokalisasi yang cerdas; membingkai kearifan lokal dalam kemasan modern agar tetap relevan, sekaligus membuka pintu bagi dunia untuk mengintip keelokan Ranah Minang. Inilah babak baru di mana warisan leluhur tak lagi berbisik, tetapi bersuara lantang di panggung industri musik nasional, didorong oleh kekuatan media sosial dan kolaborasi kreatif yang visioner.

Pertanyaan mendasar muncul, strategi macam apa yang mesti terus digaungkan untuk memperkenalkan budaya lebih luas lagi, bukan hanya di lokal, tetapi nasional dan internasional? Bagaimana respon pemerintah daerah melihat fenomena ini? Penting untuk membahas beberapa pertanyaan ini untuk menjadi refleksi kritis pembawa perubahan. 

Glokalisasi Modern Menjanjikan

            Penggabungan bahasa daerah dengan musik modern bukanlah fenomena baru, melainkan hasil dari proses panjang akulturasi budaya, perkembangan teknologi, dan upaya pelestarian identitas lokal di tengah arus globalisasi.

            Kemunculan internet dan platform digital (YouTube, Spotify, TikTok) membuka pintu bagi kolaborasi tanpa batas. Bahasa daerah tidak lagi dianggap “kampungan”, melainkan menjadi simbol kebanggaan lokal yang bisa bersaing secara global.

            Lagu-lagu Batak (seperti Anju Ahu karya Judika) atau Jawa (Didik Nini Thowok) diaransemen ulang dengan genre EDM, hip-hop, atau R&B. Di Minang, kanal seperti Minang Timur Production mentransformasi lagu tradisional seperti Bapisah Bukannyo Bacarai dengan sentuhan pop elektrik, menarik pendengar lintas generasi.

            Lantas pertanyan besar muncul, mengapa penggabungan bahasa daerah dan musik modern penting? Jawabannya dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, pelestarian budaya melalui relevansi generasi muda. Bahasa daerah rentan punah jika tidak diadaptasi ke medium yang digemari kaum milenial dan Gen-Z. Dengan memadukan lirik Minang dan instrumen modern, lagu-lagu seperti “Bapisah Bukannyo Bacarai” (dipopulerkan oleh Feby Putri) menjadi lebih mudah diakses, sekaligus mengajarkan nilai-nilai kearifan lokal. Kedua, memperluas pasar. Musik modern dengan lirik daerah tidak hanya dinikmati komunitas lokal, tetapi juga menarik pendengar nasional bahkan internasional yang penasaran dengan keunikan budaya Minang. Ketiga, membangun identitas budaya di kancah global. Seperti K-Pop yang mempromosikan budaya Korea, musik Minang modern bisa menjadi “jendela” bagi dunia untuk mengenal Sumatera Barat.

            Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial merupakan amplifier budaya yang tak terbantahkan. Platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram menghilangkan batas geografis dan demografis. Konten kreator—mulai dari musisi, food vlogger, hingga storyteller mistis—memiliki kekuatan untuk menjadikan budaya sebagai tren viral. Contoh sukses datang dari China, yang menggandeng konten kreator AS seperti IShowSpeed. Melalui konten gamifikasi (permainan interaktif) dan vlog petualangan, Speed memperkenalkan budaya China dengan cara menghibur, ditonton jutaan orang global. Hasilnya, citra China sebagai destinasi modern namun kaya tradisi menguat, mendongkrak pariwisata dan ekonomi kreatif.

Padang memiliki potensi serupa. Konten kreator lokal seperti Minang Timur Production (musik), Siskaeee (food vlogger kuliner Minang), atau channel mistis seperti Gua Angker bisa menjadi duta budaya. Sayangnya, kolaborasi antara pemerintah dan kreator masih minim. Padahal, sinergi ini bisa menciptakan momentum seperti China, di mana konten kreatif menjadi alat diplomasi budaya.

Apa yang Harus Dilakukan?

            Di tengah gelombang digital yang mengubah cara masyarakat mengkonsumsi budaya, Minangkabau menghadapi peluang emas: menjadikan warisan adat dan seninya sebagai magnet global melalui kolaborasi antara kebijakan pemerintah dan kreativitas anak muda. Meski lagu-lagu Minang modern seperti karya Minang Timur Production telah viral di YouTube, atau kuliner rendang menjadi ikon gastronomi nasional, potensi ini belum sepenuhnya tergarap maksimal. 

Tantangannya terletak pada kesenjangan antara inisiatif mandiri konten kreator dengan dukungan sistemik dari pemangku kebijakan. Sementara China membuktikan bahwa kolaborasi terstruktur dengan kreator—seperti gamifikasi budaya melalui kreator IShowSpeed—bisa mendongkrak citra negara, Sumatera Barat justru punya aset lebih kaya: ratusan musisi, food vlogger, dan storyteller lokal yang siap menjadi duta budaya. 

Lantas, strategi apa yang harus dijalankan pemerintah daerah untuk merangkul mereka? Bagaimana menciptakan ekosistem yang memadukan kebijakan afirmatif, pendanaan kreatif, dan distribusi konten berkelas global? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memajukan dan mempromosikan budaya Minang. 

Pertama, pendanaan dan pelatihan kreatif. Pemerintah daerah bisa menyediakan hibah atau kompetisi bagi kreator untuk memproduksi konten berkualitas. Pelatihan teknis (editing, SEO) juga diperlukan agar konten mampu bersaing secara global.

Kedua, kemitraan dengan platform digital. Kolaborasi dengan YouTube, TikTok, atau Spotify untuk membuat kampanye khusus, seperti #ExploreMinang, yang mempromosikan lagu, kuliner, dan destinasi wisata.

Ketiga, festival budaya hybrid. Mengadakan event tahunan yang menggabungkan pertunjukan musik modern Minang, festival kuliner, dan pameran seni, disiarkan secara daring untuk menjangkau audiens internasional.

Keempat, kurasi konten budaya. Membuat platform digital yang mengumpulkan konten kreator Minang dalam satu kanal resmi, dilengkapi terjemahan bahasa asing untuk memudahkan promosi global.

Glokalisasi musik Minang modern bukan sekadar bukti bahwa budaya daerah mampu bertahan di era digital, melainkan juga cerminan semangat “basandi ka sarak, sarak basandi ka Kitabullah”—berpegang pada tradisi, namun adaptif pada perubahan. 

Dengan dukungan pemerintah yang visioner dan kolaborasi kreatif anak muda, dendang saluang dan syair Minang tak lagi terkurung di ranah lokal, tetapi menjelma menjadi gelombang budaya yang mendunia. Seperti China yang sukses memikat mata global lewat strategi gamifikasi dan konten kreator, Padang pun berpeluang menulis kisah serupa: menjadikan rendang, lagu dendang, dan pesona alamnya sebagai magnet yang tak hanya memikat hati, tetapi juga mengukuhkan identitas Minang di panggung internasional. 

Pada akhirnya, melestarikan budaya bukanlah tentang membangun museum, melainkan menciptakan jembatan—di mana nilai-nilai lama bertemu inovasi baru, lalu bersama-sama melangkah ke masa depan. Semoga (*)

Tags: Budaya GlobalHomogen
ShareTweetSendShare

BacaJuga

Sistem Multipartai dan Aspirasi Rakyat

Sistem Multipartai dan Aspirasi Rakyat

Kamis, 15/05/2025 | 16:17 WIB
Budaya Algoritma: Kuasa Digital Atas Kehidupan Kita

Budaya Algoritma: Kuasa Digital Atas Kehidupan Kita

Kamis, 15/05/2025 | 14:00 WIB
Menjaga Nyala Demokrasi di Tengah Riuh Politik Indonesia 

Menjaga Nyala Demokrasi di Tengah Riuh Politik Indonesia 

Kamis, 15/05/2025 | 11:17 WIB
PHK Massal di Media Massa dan Lahirnya Angkatan Displaced Journalists, Ketika Pena Tak Lagi Membuka Pintu Rezeki

PHK Massal di Media Massa dan Lahirnya Angkatan Displaced Journalists, Ketika Pena Tak Lagi Membuka Pintu Rezeki

Rabu, 14/05/2025 | 21:05 WIB
Revitalisasi Pasar Bawah Bukittinggi: Belajar dari Kegagalan, Fokus pada Akar Masalah, Bukan Sekadar Kosmetik Pembangunan

Revitalisasi Pasar Bawah Bukittinggi: Belajar dari Kegagalan, Fokus pada Akar Masalah, Bukan Sekadar Kosmetik Pembangunan

Sabtu, 10/05/2025 | 17:46 WIB
Peran Support System sebagai Kunci Kesehatan Mental Penderita Lupus

Peran Support System sebagai Kunci Kesehatan Mental Penderita Lupus

Sabtu, 10/05/2025 | 01:02 WIB

HALUANePaper

Digital Interaktif.

Edisi 1 Januari 1970

HALUANTERPOPULER

  • Pemnag Batipuah Ateh Ucapkan Terima Kasih Atas Bantuan RTLH

    Pemnag Batipuah Ateh Ucapkan Terima Kasih Atas Bantuan RTLH

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ayah Tiri Pelaku Penganiayaan Berhasil Diamankan Polres Dharmasraya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Selundupkan Ganja dalam Kotak Kurma, Satu WNA Brazil Diringkus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengamat Politik Unand: ‘H. Arisal Aziz Akan Bawa Warna Baru di PAN, Sosok Tangguh dari Dunia Bisnis ke Politik’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Viral Dugaan Pelayanan Buruk di Puskesmas Pariangan, PJ Sekda Tanah Datar: ASN Harus Layani Masyarakat dengan Baik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

HALUANOPINI

Bung Hatta sebagai Pendidik Karakter : Telaah Pemikiran dan Kepribadian Bung Hatta
OPINI

Bung Hatta sebagai Pendidik Karakter : Telaah Pemikiran dan Kepribadian Bung Hatta

Kamis, 15/05/2025 | 21:31 WIB

SelengkapnyaDetails
Lubang Jepang di Bukittinggi : Warisan Luka dan Ketahanan Bangsa

Lubang Jepang di Bukittinggi : Warisan Luka dan Ketahanan Bangsa

Kamis, 15/05/2025 | 20:42 WIB
Sistem Multipartai dan Aspirasi Rakyat

Sistem Multipartai dan Aspirasi Rakyat

Kamis, 15/05/2025 | 16:17 WIB
Budaya Algoritma: Kuasa Digital Atas Kehidupan Kita

Budaya Algoritma: Kuasa Digital Atas Kehidupan Kita

Kamis, 15/05/2025 | 14:00 WIB
Menjaga Nyala Demokrasi di Tengah Riuh Politik Indonesia 

Menjaga Nyala Demokrasi di Tengah Riuh Politik Indonesia 

Kamis, 15/05/2025 | 11:17 WIB
HarianHaluan.id

Kantor Redaksi dan Bisnis:
Jln. Prof Hamka (Komp. Bandara Tabing - Lanud St. Syarir) - Kota Padang - Sumatera Barat (25171)

  redaksi@harianhaluan.id

  Redaksi: 08126888210 (Nasrizal)
  Iklan: 081270864370 (Andri Yusran)

Instagram Harianhaluan Post

  • Akibat angin kencang, sebuah pohon besar tumbang di dekat SMP 40 Padang, Jumat pagi (16/5).
Tidak ada korban jiwaTetap waspada cuaca ekstrem dunsanak.
  • Edisi koran Haluan Jumat (16/5).Asosiasi Pedagang Ritel Sumatera Barat (Apris) mengklaim ada ratusan ritel lokal di Sumbar gulung
tikar dalam beberapa tahun terakhir. Penyebab utamanya lantaran kondisi ekonomi global dan nasional yang tengah tidak stabil.Selengkapnya di koran Haluan edisi hari ini.

Follow Us

  • Index
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

HarianHaluan.id © [year].

Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • UTAMA
  • EkBis
  • NASIONAL
  • OLAHRAGA
  • SUMBAR
    • AGAM
    • BUKITTINGGI
    • DHARMASRAYA
    • KAB. SOLOK
    • KOTA SOLOK
    • KAB. LIMAPULUH KOTA
    • MENTAWAI
    • PADANG
    • PADANG PANJANG
    • PADANG PARIAMAN
    • PARIAMAN
    • PASAMAN
    • PASAMAN BARAT
    • PAYAKUMBUH
    • PESISIR SELATAN
    • SAWAHLUNTO
    • SIJUNJUNG
    • SOLOK SELATAN
    • TANAH DATAR
  • OPINI
  • PENDIDIKAN
    • KAMPUS
      • INSTITUT TEKNOLOGI PADANG
      • POLITEKNIK ATI PADANG
      • POLITEKNIK NEGERI PADANG
    • SASTRA BUDAYA
  • PARIWISATA
  • WEBTORIAL
  • PILKADA SUMBAR
  • INSPIRASI
  • RAGAM
    • PERISTIWA
    • HIBURAN
    • KESEHATAN
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • RANAH & RANTAU
      • KABA RANAH
      • KABA RANTAU
    • PRAKIRAAN CUACA

HarianHaluan.id © [year].