Oleh: Riska Mardela (Mahasiswa S2 PPKn Universitas Negeri Padang)
Di tengah eloknya lanskap Bukittinggi yang kaya akan budaya dan alam, tersembunyi sebuah cerita pilu yang tak boleh dilupakan: Lubang Jepang. Dibangun oleh tentara pendudukan Jepang antara tahun 1942 hingga 1945, terowongan bawah tanah ini bukan hanya saksi bisu strategi perang, melainkan juga kuburan sunyi bagi ribuan tenaga kerja paksa (romusha) yang tak pernah kembali.
Banyak orang mengenal tempat ini sebagai destinasi wisata sejarah, tapi belum tentu mereka menyadari betapa suramnya kisah yang tersembunyi di balik dinding cadas itu. Lubang Jepang bukan sekadar bunker atau markas militer; ia adalah tempat penyiksaan, ruang eksekusi, dan lokasi pembantaian yang disamarkan dalam bentuk dapur dan gudang logistik.
Terowongan ini dibangun dengan sistem pengamanan luar biasa rahasia. Bahkan warga Bukittinggi sendiri tidak tahu keberadaannya saat itu. Saking rapatnya kerahasiaan proyek ini, para pekerja diambil dari luar daerah agar tidak membocorkan lokasi. Para romusha yang menggali lubang ini hidup dalam kondisi menyedihkan—bekerja siang malam tanpa makanan yang layak dan sering kali tak pernah keluar hidup-hidup. Mereka yang tewas dikuburkan begitu saja di dalam lorong.
Di dalamnya terdapat ruang interogasi yang menyeramkan, penjara tanpa ventilasi, hingga tempat eksekusi yang disamarkan sebagai dapur. Lubang Jepang adalah gambaran nyata dari bagaimana perang melahirkan kebrutalan, dan bagaimana kekuasaan bisa menginjak-injak martabat manusia.
Kini, Lubang Jepang berdiri sebagai monumen sejarah. Namun lebih dari itu, ia adalah peringatan: bahwa kebebasan dan kemerdekaan yang kita nikmati hari ini dibayar mahal oleh penderitaan orang-orang tak dikenal yang tubuhnya tertinggal dalam gelapnya lorong bawah tanah.
Pelajaran Berharga dari Kisah Lubang Jepang ini
Kemerdekaan Itu Mahal
Kisah Lubang Jepang mengingatkan kita bahwa kemerdekaan tidak datang begitu saja. Ia dibeli dengan darah, nyawa, dan derita rakyat yang ditindas.
Kemanusiaan Harus Dijaga
Bentuk penyiksaan dalam terowongan ini adalah contoh nyata pelanggaran hak asasi manusia. Kita harus belajar agar sejarah kelam seperti ini tak pernah terulang.
Sejarah Bukan untuk Dilupakan, Apalagi Dipermainkan
Upaya menjadikan Lubang Jepang sebagai tempat hiburan seperti kafe dan bioskop adalah bentuk pengaburan sejarah. Warisan seperti ini harus dihormati, bukan dimodifikasi demi kepentingan komersial.
Edukasi Sejarah Penting bagi Generasi Muda
Supaya anak-anak muda tidak hanya tahu nama pahlawan, tapi juga memahami penderitaan dan pengorbanan rakyat biasa yang jarang disebut.
Menumbuhkan Rasa Empati dan Nasionalisme
Cerita dari Lubang Jepang membentuk kesadaran bahwa bangsa besar bukan hanya dibangun dari kemenangan, tetapi juga dari ingatan akan luka-luka sejarah.
Lubang Jepang adalah pelajaran nyata tentang ketahanan, penderitaan, dan keberanian rakyat Indonesia di bawah penjajahan. Biarlah tempat ini terus berdiri bukan sebagai objek wisata biasa, tapi sebagai pengingat yang menggugah: bahwa kemerdekaan bukan hadiah, tapi hasil perjuangan yang tak ternilai. (*)
Daftar Pustaka :
Pemerintah Kota Bukittinggi. (n.d.). Sejarah Lubang Jepang Bukittinggi. Diakses 15 Mei 2025, dari https://www.kotabukittinggi.com/menelusuri-jejak-lubang-jepang-di-bukittinggi
Tempo Publishing. (1986). Indonesia di Masa Pendudukan Jepang 1986. Tempo Publishing.
Wikipedia contributors. (n.d.). Lobang Jepang. Wikipedia. Retrieved May 15, 2025, from https://en.wikipedia.org/wiki/Lobang_Jepang
Yulianingsih, T. M. (2010). Jelajah Wisata Nusantara: Berbagai pilihan tujuan wisata di 33 provinsi. Niaga Swadaya.










